Selasa, 18 Juli 2017

KONFERENSI KERJA



Oleh : Astrini Fajar Sari
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dewasa ini, banyak masalah-masalah yang sering timbul. Masalah-masalah tersebut menyangkut masalah banyak orang sehingga untuk menyelesaikan masalah tersebut dibutuhkan juga pendapat banyak orang. Untuk itu, dibutuhkan suatu metode penanganan masalah yang dapat menampung banyak pendapat, guna mendapatkan suatu penyelesaian yang baik dan disetujui oleh semua pihak.
Konferensi Kerja merupakan suatu forum musyawarah yang dapat menampung banyak peserta untuk membicarakan dan memecahkan masalah secara bersama. Konferensi adalah rapat atau pertemuan untuk berunding atau bertukar pendapat mengenai suatu masalah yang dihadapi bersama,permusyawaratan. Konferensi juga merupakan media komunikasi tatap muka yang memberikan suatu kemungkinan bahwa dengan konferensi dapat dicapai suatu pemahaman bersama yang tidak mungkin dicapai melalui komunikasi secara tertulis.
Sebenarnya, apa itu konferensi kerja?. Untuk itu, penulis memaparkan makalah yang berjudul “Konferensi Kerja” yang akan membahas segala sesuatu tentang konferensi kerja.



B.     Tujuan
1.      Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah “Metode Khusus” yang diberikan oleh dosen.
2.      Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui:
a.       Pengertian dari Konferensi Kerja.
b.      Tujuan diadakannya Konferensi Kerja.
c.       Kelebihan dan kekurangan Konferensi Kerja.
d.      Program dan Rangkaian Konferensi Kerja.












BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian
1.      Konferensi adalah rapat atau pertemuan untuk berunding atau bertukar pendapat mengenai suatu masalah yang dihadapi bersama,permusyawaratan. Konferensi juga merupakan media komunikasi tatap muka yang memberikan suatu kemungkinan bahwa dengan konferensi dapat dicapai suatu pemahaman bersama yang tidak mungkin dicapai melalui komunikasi secara tertulis.
2.      Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Konferensi Kerja adalah rapat atau pertemuan untuk berunding atau bertukar pendapat mengenai suatu masalah yg dihadapi bersama; permusyawaratan; muktamar:
3.      Konferensi Kerja adalah serangkaian pertemuan yang dilanjutkan dengan kerja untuk menghasilkan sesuatu sebagai alternatif yang menjadi fokus pemecahan masalah.
4.      Model konferensi kerja merupakan model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk terlibat dalam pertemuan besar dalam rangka merencanakan kegiatan, mendapatkan fakta, dan memecahkan masalah-masalah organisasi. Prinsip yang mendasari model ini adalah belajar langsung menghayati pertemuan agar siswa berpartisipasi aktif, pembentukan sikap saling menghormati, kerja sama dan tanggung jawab.
5.      Model Konferensi Kerja Tubbs (dalam Wardiani, 1997:37) mengartikan: “sebagai rangkaian pertemuan yang membahas topik yang menjadi kepedulian berbagai orang atau kelompok peserta konferensi. Misalnya, wakil-wakil dari berbagai perguruan tinggi mengadakan konferensi untuk membahas kurikulum, pengabdian pada masyarakat, dan lain-lain”.
6.      Suatu metode pembelajaran yang dimulai dengan peserta bertukar pikiran atau merundingkan suatu masalah terlebih dahulu terhadap masalah bersama. Pertemuan diadakan dalam skala besar Konferensi Meja Bundar.
7.      Secara spesifik, konferensi diartikan sebagai rangkaian pertemuan yg membahas topik yg menjadi kepedulian berbagai orang atau kelompok peserta.

B.     Tujuan Konferensi Kerja
Adapun tujuan dari konferensi kerja yaitu agar peserta didik dapat merencanakan kegiatan dan memecahkan masalah, serta membentuk sikap saling menghormati, kerja sama, dan rasa tanggung jawab.

C.    Kelebihan & Kekurangan Konferensi Kerja
Kelebihan-kelebihan dari Konferensi Kerja antara lain :
1.      Konferensi Keja merupakan pertemuan besar yang melibatkan banyak orang sehingga memungkinkan mendapatkan banyak pendapat untuk memecahkan suatu masalah.
2.      Melatih peserta didik untuk berkomunikasi dalam pertemuan besar dan menumbuhkan keterampilan sosial.
3.      Menumbuhkan rasa percaya diri untuk tampil dan memaparkan pendapatnya dalam sebuah pertemuan besar.
4.      Menambah pengalaman dan pengetahuan baru bagi peserta didik.
Kekurangan dari konferensi kerja yaitu :
1.      Biasanya didalam penerapannya didominasi oleh peserta didik yang pintar.
2.      Kemungkinan terjadinya penolakan pendapat peserta didik.

D.    Peran Pengajar pada Konferensi Kerja
Adapun peran pengajar pada pelaksanaan konferensi kerja yaitu :
1.      Mengidentifikasi topik yang akan dijadikan makalah dalam konferensi. Dalam memilih topik pembahasan pada konferensi kerja, sebaiknya memilih topik yang banyak dipermasalahkan oleh banyak orang dewasa ini.
2.      Merancang mekanisme kerja dari awal sampai akhir. Mekanisme kerja disini sangat penting bagi kelangsungan pelaksanaan suatu konferensi, sehingga pengajar harus mampu merancang dan memantau mekanisme kerja konferensi tersebut.
3.      Bertindak sebagai sumber infomasi. Peran pengajar sebagai sumber informasi sangat dibutuhkan untuk meluruskan hal-hal yang melanceng dari topik konferensi yang dibicarakan.
4.      Mendorong partisipasi aktif peserta didik. Pendidik berperan untuk menjadikan konferensi tersebut aktif/hidup dengan cara memberikan kesempatan setiap peserta didik mengemukakan pendapat agar konferensi tersebut dapat berjalan dengan baik.

E.     Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan Konferensi Kerja.
Agar program Konferensi Kerja dapat mencapai sasaran-sasarannya, hal-hal penting berikut harus diperhatikan :
1.      Pengajar menyampaikan hakikat agar peserta didik termotivasi dan berperan aktif sehingga konferensi dapat berlangsung dengan baik.
2.      Cermat dalam memilih topik dan topik permasalahan harus benar-benar topik terbuka. Sehingga dapat meningkatkan minat peserta didik dalam berkomentar atau menyampaikan pendapatnya.
3.      Peserta didik harus diberi tugas sebagai moderator. Tugas menjadi moderator diharapkan dapat menjadi sebuah pembelajaran dalam memimpin sebuah forum atau konferensi.
4.      Untuk memperoleh balikan yang sistematis dan lengkap, beberapa peserta didik diberi tugas pengamat untuk mengamati proses konferensi dan dapat memberikan komentar tentang konferensi yang berlangsung tadi.

F.     Keterampilan Mengajar dalam proses Konferensi Kerja.
1.      Terampil menjelaskan, keterampilan tersebut dapat diterapkan pada peran pengajar sebagai sumber informasi. Memberikan informasi kepada peserta didik tentang hal-hal yang tidak ditemukan pemecahannya dalam suatu konferensi.
2.      Terampil bertanya, sesekali pengajar memberikan umpan balik kepada peserta konferensi dengan cara memberikan pertanyaan pancingan yang dapat mengarahkan peserta didik menemukan suatu penyelesaian dari permasalahan dalam sebuah konferensi.
3.      Terampil mengadakan variasi. Pengajar diharapkan memantau jalannya konferensi dan sesekali melakukan variasi gerakan, mimik, dalam memberikan suatu informasi, sehingga konferensi tersebut tidak membosankan dan dapat memicu semangat peserta didik.
4.      Terampil mengelola kelas. Dalam peran pengajar, pengajar merancang mekanisme kerja dari konferensi tersebut, sehingga  pengejar dapat mengelola kelas dengan baik.
5.      Terampil memberikan penguatan dalam memberikan suatu informasi kepad peserta didik.



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Konferensi Kerja adalah serangkaian pertemuan yang dilanjutkan dengan kerja untuk menghasilkan sesuatu sebagai alternatif yang menjadi fokus pemecahan masalah.
Model konferensi kerja merupakan model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk terlibat dalam pertemuan besar dalam rangka merencanakan kegiatan, mendapatkan fakta, dan memecahkan masalah-masalah organisasi. Prinsip yang mendasari model ini adalah belajar langsung menghayati pertemuan agar siswa berpartisipasi aktif, pembentukan sikap saling menghormati, kerja sama dan tanggung jawab.
Konferensi kerja merupakan suatu metode pembelajaran yang dimulai dengan peserta bertukar pikiran atau merundingkan suatu masalah terlebih dahulu terhadap masalah bersama. Pertemuan diadakan dalam skala besar Konferensi Meja Bundar.



DAFTAR PUSTAKA


Fahrurrazi,Nanang. 2009. “Ragam Metode Pembelajaran”. http://potretpendidikankalteng.blogspot.com diakses tanggal 03/02/13. Makassar.


Maesaroh,Imas. 2010. “Metode-metode Pembelajaran”. http//www.syukurhs.blogspot.com. diakses tanggal 03/02/13. Makassar.


Wijaya,Dicky. 2009. “Teori Belajar dan Pembelajaran”. http//blog.sunan-ampel.ac.id. diakses tanggal 03/02/13. Makasaar.


Syahsa,Almahdi. 2008. “Model-model Pembelajaran, power point pdf”. Diakses tanggal03/02/13. Makassar.



HYPERTENSION HEART DISEASE (JOURNAL REVIEW)



Oleh : Astrini Fajar Sari

BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian nomor satu tiap tahunnya pada Penyakit Tidak Menular (PTM). Penyakit kardiovaskuler adalah penyakit yang disebabkan gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah, seperti : Penyakit Jantung Koroner, Penyakit Gagal jantung atau Payah Jantung, Hipertensi dan Stroke.
Pada tahun 2008 diperkirakan sebanyak 17,3 juta kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler. Lebih dari 3 juta kematian tersebut terjadi sebelum usia 60 tahun dan seharusnya dapat dicegah. Kematian “dini” yang disebabkan oleh penyakit jantung terjadi berkisar sebesar 4% di negara berpenghasilan tinggi sampai dengan 42% terjadi di negara berpenghasilan rendah.
Komplikasi hipertensi menyebabkan sekitar 9,4 kematian di seluruh dunia setiap tahunnya. Hipertensi menyebabkan setidaknya 45% kematian karena penyakit jantung dan 51% kematian karena penyakit stroke. Kematian yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler, terutama penyakit jantung koroner dan stroke diperkirakan akan terus meningkat mencapai 23,3 juta kematian pada tahun 2030. (TIM, 2014)
Kematian akibat penyakit kardiovaskular ini termasuk didalamnya kematian ibu hamil dengan penyakit kardiovaskuler. Sekitar 0,2-4% kehamilan di negara maju disertai komplikasi penyakit kardiovaskular. Penyakit kardiovaskular ini merupakan penyebab tingginya angka kematian maternal selama masa kehamilan terutama di negara maju. (Simahendra, 2013)
Salah satu penyakit kardiovaskular pada kehamilan yang ditemui yaitu Hypertension Heart Disease (HHD) atau Penyakit Jantung Hipertensi. Menurut Pickering yang dikutip dalam jurnal Waty and Hasan (2013) Hipertensi berperan besar dalam perkembangan penyakit jantung yang merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia. Perkembangan hipertensi umumnya diawali dengan hipertrofi ventrikel kiri sehingga menyebabkan penyakit jantung hipertensi. Keadaan ini pada akhirnya akan meningkatkan kerja jantung dan menyebabkan gagal jantung kongestif.
Prevalensi hipertensi di Indonesia berkisar antara 5-10% sedangkan tercatat pada tahun 1978 proporsi penyakit jantung hipertensi sekitar 14.3 % dan meningkat menjadi sekitar 39% pada tahun 1985 sebagai penyebab penyakit jantung di Indonesia. Sejumlah 85-90% hipertensi tidak diketahui penyebabnya atau disebut sebagai hipertensi primer (hipertensi esensial atau hipertensi idopatik).
Wanita hamil dengan penyakit jantung hipertensi akan beresiko terjadinya gangguan perkembangan pada janin karena terjadi penurunan cardiac output sehingga tranfer oksigen ke janin berkurang. (Handayani, 2013 ). Oleh karena itu, makalah ini akan membahas mengenai penyakit jantung pada kehamilan khusus nya membahas mengenai “Hypertension Heart Disease (HHD)”.

B.   Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui tentang Penyakit Jantung pada Kehamilan khususnya Hypertension Heart Disease (HHD) pada kehamilan.

C.   Rumusan Masalah
1.    Definisi Hypertension Heart Disease (HHD)
2.    Etiologi Hypertension Heart Disease (HHD)
3.    Patofisiologi Hypertension Heart Disease (HHD)
4.    Manifestasi Klinik Heart Disease (HHD)
5.    Diagnosis Hypertension Heart Disease (HHD)
6.    Penatalaksanaan Hypertension Heart Disease (HHD)
7.    Hypertension Heart Disease (HHD) pada Kehamilan
8.    Akibat Hypertension Heart Disease (HHD) pada janin


BAB II
PEMBAHASAN

A.   Definisi Hypertension Heart Disease (HHD)
 Penyakit jantung hipertensi adalah suatu penyakit yang berkaitan dengan dampak sekunder pada jantung karena hipertensi sistemik yang lama dan berkepanjangan. Sampai saat ini prevalensi hipertensi di Indonesia berkisar antara 5-10%. Sejumlah 85-90% hipertensi tidak diketahui penyebabnya atau disebut sebagai hipertensi primer (hipertensi esensial atau idiopatik). Hanya sebagian kecil hipertensi yang dapatditetapkan penyebabnya (hipertensi sekunder). (Handayani, 2013 )
Hipertensi heart disease (HHD) adalah istilah yang diterapkan untuk menyebutkan penyakit jantung secara keseluruhan, mulai dari left ventricle hyperthrophy (LVH), aritmia jantung, penyakit jantung koroner, dan penyakit jantung kronis, yang disebabkan kerana peningkatan tekanan darah, baik secara langsung maupun tidak langsung. (Zulkipli, 2009)
Penyakit jantung hipertensi adalah suatu penyakit yang berkaitan dengan dampak sekunder pada jantung karena hipertensi sistemik yang lama dan berkepanjangan.
Penyakit jantung hipertensi merujuk kepada suatu keadaan yang disebabkan oleh peningkatan tekanan darah (hipertensi). Hipertensi yang berkepanjangan dan tidak terkendali dapat mengubah struktur miokard, pembuluh darah dan sistem konduksi jantung. Perubahan-perubahan ini dapat mengakibatkan hipertrofi ventrikel kiri, penyakit arteri koroner, gangguan sistem konduksi, disfungsi sistolik dan diastolik miokard yang nantinya bermanifestasi klinis sebagai angina (nyeri dada), infark miokard, aritmia jantung (terutama fibrilasi atrium) dan gagal jantung kongestif. (Panggabean, 2002)

B.   Etiologi Hypertension Heart Disease (HHD)
Menurut Braverman (2009) yang dikutip dalam jurnal Zulkipli (2009) menyatakan bahwa tekanan darah tinggi meningkatkan beban kerja jantung,  dan seiring dengan berjalannya waktu hal ini dapat menyebabkan penebalan otot jantung. Karena jantung memompa darah melawan tekanan yang meningkat pada pembuluh darah yang meningkat, ventrikel kiri membesar dan jumlah darah yang dipompa jantung setiap menitnya (cardiac output) berkurang. Tanpa terapi, gejala gagal jantung akan makin terlihat.
Tekanan darah tinggi adalah faktor resiko utama bagi penyakit jantung dan stroke. Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan penyakit jantung iskemik ( menurunnya suplai darah untuk otot jantung sehingga menyebabkan nyeri dada atau angina dan serangan jantung) dari peningkatan suplai oksigen yang dibutuhkan oleh otot jantung yang menebal.
Tekanan darah tinggi juga berpenaruh terhadap penebalan dinding pembuluh darah yang akan mendorong terjadinya aterosklerosis (peningkatan kolesterol yang akan terakumulasi pada dinding pembuluh darah). Hal ini juga meningkatkan resiko seangan jantung dan stroke. Penyakit jantung hipertensi adalah penyebab utama penyakit dan kematian akibat hipertensi.
Kelainan jantung hipertensi dapat diderita karena terjadi pengapuran di dinding pembuluh jantung. Pembuluh jantung mengalami penyempitan karena tekanan darah meningkat drastis. penyempitan tersebut mengakibatkan aliran darah pada bagian jantung berkurang karena terjadi gangguan selama proses memompa darah.
Karena aliran darah ke jantung berkurang, penderita akan merasakan nyeri di bagian dada. rasa nyeri ini dapat berdampak pada fungsi otot jantung. kerja otot jantung akan melemah. Jika tidak segera ditangani, masalah ini dapat menyebabkan serangan jantung.

C.   Patofisiologi Hypertension Heart Disease (HHD)
Kelainan Jantung hipertensi dapat terjadi karena adanya pembesaran ventrikel sebelah kiri. Ventrikel sebelah kiri adalah salah satu bagian jantung yang bertugas memompa darah ke seluruh tubuh. Pembesaran ventrikel kiri menyebabkan ketebalan dinding bertambah sehingga fungsinya memburuk. Apabila ventrikel kiri membesar, tekanan darah akan meningkat dan menyebabkan terjadinya hipertensi.
Peningkatan tekanan darah membuat jantung bekerja lebih keras dari pada biasanya. Jantung berusaha keras memompa darah dan mengedarkannya keseluruh tubuh. Usaha jantung tersebut mengakibatkan darah terdorong ke pembuluh darah. pembuluh darah menjadi menyempit dan ventrikel jantung sebelah kiri menjadi kaku.
Masalah tersebut menyebabkan suatau kondisi yang dinamakan kelainan jantung hipertensi. Penyakit ini membuat kemampuan ventrikel kiri dalam memompa darah menjadi terbatas. Masalah lain yang mungkin muncul adalah terjadinya serangan jantung, gagal jantung, maupun jantung berhenti secara mendadak. Apabila terjadi sakit jantung secara keseluruhan akibat tekanan darah tinggi.
D.   Manifestasi Klinik Hypertension Heart Disease (HHD)
Pada tahap awal, seperti hipertensi pada umumnya kebanyakan pasien tidak ada keluhan. Bila simtomatik, maka biasanya disebabkan oleh:
1.    Peninggian tekanan darah itu sendiri seperti berdebar-debar, rasa melayang (dizzy) dan impoten.
2.    Cepat capek, sesak napas, sakit dada, bengkak kedua kaki atau perut. Gangguan vaskular lainnya adalah epistaksis, hematuria, pandangan kabur karena perdarahan retina, transient cerebral ischemic.
3.    Penyakit dasar seperti pada hipertensi sekunder: polidipsia, poliuria, kelemahan otot pada aldosteronisme primer, peningkatan berat badan cepat dengan emosi yang labil pada sindrom Cushing. Feokromositoma dapat muncul dengan keluhan episode sakit kepala, palpitasi, banyak keringat, dan rasa melayang saat berdiri (postural dizzy).

E.   Diagnosis Hypertension Heart Disease (HHD)
Diagnosis penyakit jantung hipertensi didasarkan pada riwayat,pengkuran tekanandarah, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan laboratorium.
1.    Riwayat
Pemeriksaan awal pasien hipertensif harus menyertakan riwayat lengkat dan pemeriksaan fisis untuk mengkonfirmasi diagnosis hipertensi, menyaring faktor-faktor risiko penyakit kardiovaskular lain, menyaring penyebab-penyebab sekunder hipertensi, mengidentifikasi konsekuensi kardiovaskular hipertensi dan komorbiditas lain, memeriksa gaya hidup terkait-tekanan darah, dan menentukan potensi intervensi.
Sebagian besar pasien dengan hipertensi tidak memiliki gejala spesifik yang dapat dikaitkan dengan peningkatan tekanan darah mereka. Walaupun popular dianggap sebagai gejala peningkatan tekanan arterial, sakit kepala lazim terjadi hanya pada pasien dengan hipertensi berat. Suatu sakit kepala hipertensif khas terjadi pada waktu pagi dan berlokasi di regio oksipital. Gejala nonspesifik lain yang dapat berkaitan dengan peningkatan tekanan darah antara lain adalah rasa pusing, palpitasi, rasa mudah lelah, dan impotensi. Ketika gejala-gejala didapati, mereka umum berhubungan dengan penyakit kardiovaskular hipertensif atau dengan manifestasi hipertensi sekunder. Tabel berikut mendaftarkan fitur-fitur nyata yang harus diselidiki dalam perolehan riwayat dari pasien hipertensif.
Tabel. Riwayat yang relevan
Durasi hipertensi
Terapi terdahulu :
Respon dan Efek Samping
Riwayat diet dan psikososial
Faktor-faktor risiko lain:
Perubahan berat badan, dislipidemia, kebiasaam merokok, diabetes, inaktivitas fisik
Bukti-bukti hipertensi sekunder :
Riwayat penyakit ginjal; perubahan penampilan; kelemahan otot; palpitasi, tremor; banyak berkeringan, sulit tidur, perilaku mendengkur, somnolens siang hari; gejala-gejala hipo atau hipertiroidisme; penggunaan agen-agen yang dapat meningkatkan tekanan darah
Bukti-bukti kerusakan organ target :
Riwayat TIA, stroke, kebutaan transien; angina, infark miokardium, gagal jantung kongestif; fungsi seksual
Komorbiditas lain

2.    Pengukuran Tekanan Darah
Pengukuran tekanan darah yang terpercaya tergantung pada perhatian terhadap detail mengenai teknik dan kondisi pengukuran. Karena peraturan terkini yang melarang penggunaan merkuri karena perhatian mengenai toksisitas potensialnya, sebagian besar pengukuran kantor dibuat menggunakan instrumen aneroid. Akurasi instrumen pengukur tekanan darah terotomatisasi harus dikonfirmasi. Sebelum pengukuran tekanan darah, individu harus didudukkan selama 5 menit dalam kondisi hening dan dengan privasi yang terjaga serta temperatur yang nyaman. Bagian tengah cuff harus berada sejajar jantung, dan lebar cuff harus setara dengan sekurang-kurangnya 40% lingkar lengan. Penempatan cuff, penempatan stetoskop, dan kecepatan deflasi cuff (2 mmHg/detik) penting untuk diperhatikan. Tekanan darah sistolik adalah yang pertama dari sekurang-kurangnya dua ketukan suara Korotkoff regular, dan tekanan darah diastolik adalah titik di mana suara Korotkoff regular terakhir didengar. Dalam praktik saat ini, diagnosis hipertensi umumnya dilandasi oleh pengukuran dalam kondisi duduk di tempat praktik.
Monitor ambulatorik yang tersedia sekarang adalah sepenuhnya otomatis, menggunakan tekhik osilometrik, dan umumnya diprogram untuk membuat pembacaan setiap 15-30 menit. Namun pengawasan tekanan darah ambulatorik tidaklah sering digunakan secara rutin di praktik klinis dan lazim disimpan bagi pasien yang dicurigai mengalami white coat hypertension. JNC 7 juga telah merekomendasikan pengawasan ambulatorik untuk resistensi terhadap penanganan, hipotensi simptomatik, kegagalan otonom, dan hipertensi episodik.
3.    Pemeriksaan Fisik
Habitus tubuh, seperti tinggi dan berat badan, harus dicatat. Pada pemeriksaan awal, tekanan harus diukur pada kedua lengan, dan lebih baik pada posisi terlentang, duduk dan berdiri untuk mengevaluasi keberadaan hipotensi postural. Bahkan jika nadi femoral teraba normal, tekanan arterial harus diukur sekurangnya sekali pada ekstremitas inferioir pada pasien di mana hipertensi ditemui sebelum usia 30 tahun. Kecepatan detak jantung juga harus dicatat. Individu hipertensif memiliki peningkatan prevalensi untuk mengalami fibrilasi atrial. Leher harus dipalpasi untuk mencari pembesaran kelenjar tiroid, dan para pasien harus diperiksa untuk tanda-tana hipo dan hipertiroidisme. Pemeriksaan pembuluh darah dapat menyediakan petunjuk mengenai penyakit vakular yang mendasari dan harus menyertakan pemeriksaan funduskopik, auskultasi untuk bruit di arteri karotid dan femoral, dan palpasi denyut nadi femoral dan pedal (pedis). Retina adalah satu-satunya jaringan di mana arteri dan arteriol dapat diamati secara langsung. Seiring peningkatan tingkat keparahan hipertensi dan penyakit atherosklerotik, perubahan funduskopik progresif antara lain seperti peningkatan refleks cahaya arteriolar, defek perbandingan arteriovenous, hemorrhagi dan eksudat, dan, pada pasien dengan hipertensi maligna, papiledema. Pemeriksaan pada jantung dapat mengungkapkan bunyi jantung kedua yang menguat karena penutupan katup aorta dan suatu gallop S4 yang dikarenakan kontraksi artrium terhadap ventrikel kiri yang tidak seiring. Hipertropi ventrikel kiri dapat terdeteksi melalui keberadaan impuls apikal yang menguat, bertahan, dan bertempat di lateral. Suatu bruit abdominal, terutama bruit yang berlateralisasi dan terjadi selama sistole ke diastole, meningkatkan kemungkinan hipertensi renovaskular. Ginjal pasien dengan penyakit ginjal polikistik dapat dipalpasi di abdomen. Pemeriksaan fisis harus menyertakan pemeriksaan tanda-tanda CHF dan pemeriksaan neurologis.
4.    Tes Laboratorium
Tabel dibawah ini mencantumkan tes-tes laboratorium yang direkomendasikan dalam evaluasi awal pasien hipertensif. Pengukuran fungsi ginjal berulang, elektrolit serum, glukosa puasa, dan lipid dapat dilakukan setelah pemberian agen antihipertensif baru dan kemudian tiap tahun, atau lebih sering bila diindikasikan secara klinis. Tes laboratorium yang lebih ekstensif dapat dilakukan bagi pasien dengan hipertensi resistan-pengobatan yang nyata atau ketika evaluasi klinis menunjukkan bentuk hipertensi sekunder.
Tabel Tes laboratorium dasar untuk evaluasi awal
Sistem
Tes
Ginjal
Urinalisis mikroskopik, ekskresi albumin, BUN atau kreatinin serum
Endokrin
Natrium, kalium, kalsium, dan TSH serum
Metabolik
Glukosa darah puasa, kolesterol total, HDL dan LDL, trigliserida
Lain-lain
Hematokrit, elektrokardiogram

F.    Hypertension Heart Disease (HHD) Pada Kehamilan
Kehamilan adalah peristiwa sementara dalam kehidupan wanita, tetapi kehamilan dengan penyakit jantung dapat menimbulkan perubahan yang mempunyai akibat yang nyata. Kehamilan akan menimbulkan perubahan pada system kardiovaskuler. Penyakit kardiovaskuler dapat dijumpai pada wanita hamil atau tidak hamil. Jelaslah bahwa wanita dengan penyakit kardiovaskuler dan menjadi hamil, akan terjadi pengaruh timbal balik yang dapat mengurangi kesempatan hidup wanita tersebut.
Adaptasi normal yang dialami seorang wanita yang mengalami kehamilan termasuk system kardiovaskuler akan memberikan gejala dan tanda yang sukar dibedakan dari gejala penyakit jantung. Kehamilan dapat mengubah fungsi serta fisiologis kardiovaskuler sehingga dapat mempengaruhi tindakan maupun prognosis terhadap jantungnya. Oleh karena kelainan jantung dapat mempengaruhi kehamilan, maka perlu dipertimbangkan tindakan apa yang harus diambil serta nasihat apa yang perlu diberikan pada masa kehamilan. Untuk hal tersebut perlu dipertimbangkan akibat keadaan dan pengobatan jantung si ibu terhadap keadaan fetus yang akan dilahirkan. Akhirnya setiap dokter yang merawat wanita dengan penyakit jantung mempunyai tanggung jawab pemeliharaan baik waktu hamil maupun tidak hamil, pendidikan tentang fertilitas, daya reproduksi, anjuran tentang hamil ataupun kelanjutan kehamilannya yang telah terjadi, serta diskusi tentang kemungkinan pemberian kontrasepsi ataupun tindakan sterilisasi.
Aspek fisiologis Perubahan hemodinamik Pada wanita hamil akan terjadi perubahan hemodinamik karena peningkatan volume darah sebesar 30-50% yang dimulai sejak trimester pertama dan mencapai puncaknya pada usia kehamilan 32-34 minggu dan menetap sampai aterm. Sebagian besar peningkatan volume darah ini menyebabkan meningkatnya kapasitas rahim, mammae, ginjal, otot polos dan system vascular kulit dan tidak memberi beban sirkulasi pada wanita hamil yang sehat. Peningkatan volume plasma (30-50%) relatif lebih besar dibanding peningkatan sel darah (20-30%) mengakibatkan terjadinya hemodilusi dan menurunya konsentrasi hemoglobin.
Peningkatan volume darah ini mempunyai 2 tujuan yaitu pertama mempermudah pertukaran gas pernafasan, nutrien dan metabolit ibu dan janin dan kedua mengurangi akibat kehilangan darah yang banyak saat kelahiran. Peningkatan volume darah ini mengakibatkan cardiac output saat istirahat akan meningkat sampai 40%. Peningkatan cardiac output yang terjadi mencapai puncaknya pada usia kehamilan 20 minggu. Pada pertengahan sampai akhir kehamilan cardiac output dipengaruhi oleh posisi tubuh.
Sebagai akibat pembesaran uterus yang mengurangi venous return dari ekstremitas bawah. Posisi tubuh wanita hamil turut mempengaruhi cardiac output dimana bila dibandingkan dalam posisi lateral kiri, pada saat posisi supinasi maka cardiac output akan menurun 0,6 l/menit dan pada posisi tegak akan menurun sampai 1,2 l/menit.
 Umumnya perubahan ini hanya sedikit atau tidak memberi gejala, dan pada beberapa wanita hamil lebih menyukai posisi supinasi. Tetapi pada posisi supinasi yang dipertahankan akan memberi gejala hipotensi yang disebut supine hypotensive syndrome of pregnancy. Keadaan ini dapat diperbaiki dengan memperbaiki posisi wanita hamil miring pada salah satu sisi, Perubahan hemodinamik juga berhubungan dengan perubahan atau variasi dari cardiac output. Cardiac output adalah hasil denyut jantung dikali stroke volume. Pada tahap awal terjadi kenaikan stroke volume sampai kehamilan 20 minggu. Kemudian setelah kehamilan 20 minggu stroke volume mulai menurun secara perlahan karena obstruksi vena cava yang disebabkan pembesaran uterus dan dilatasi venous bed.
Denyut jantung akan meningkat secara perlahan mulai dari awal kehamilan sampai akhir kehamilan dan mencapai puncaknya kira-kira 25 persen diatas tanpa kehamilan pada saat melahirkan. Cardiac output juga berhubungan langsung dengan tekanan darah merata dan berhubungan terbalik dengan resistensi vascular sistemik. Pada awal kehamilan terjadi penurunan tekanan darah dan kembali naik secara perlahan mendekati tekanan darah tanpa kehamilan pada saat kehamilan aterm. Resistensi vascular sistemik akan menurun secara drastic mencapai 2/3 nilai tanpa kehamilan pada kehamilan sekitar 20 minggu. Dan secara perlahan mendekati nilai normal pada akhir kehamilan. Cardiac output sama dengan oxygen consumption dibagi perbedaan oksigen arteri-venous sistemik Oxygen consumption ibu hamil meningkat 20 persen dalam 20 minggu pertama kehamilan dan terus meningkat sekitar 30 persen diatas nilai tanpa kehamilan pada saat melahirkan.
Peningkatan ini terjadi karena kebutuhan metabolisme janin dan kebutuhan ibu hamil yang meningkat. Cardiac output juga akan meningkat pada saat awal proses melahirkan. Pada posisi supinasi meningkat sampai lebih dari 7 liter/menit. Setiap kontraksi uterus cardiac output akan meningkat 34 persen akibat peningkatan denyut jantung dan stroke volume, dan cardiac output dapat meltingkat sebesar 9 liter/menit. Pada saat melahirkan pemakaian anestesi epidural mengurangi cardiac output menjadi 8 liter/menit dan penggunaan anestesi umum juga mengurangi cardiac output. Setelah melahirkan cardiac output akan meningkat secara drastis mencapai 10 liter/menit (7-8 liter / menit dengan seksio sesaria) dan mendekati nilai normal saat sebelum hamil, setelah beberapa hari atau minggu setelah melahirkan. Kenaikan cardiac output pada wanita hamil kembar dua atau tiga sedikit lebih besar dibanding dengan wanita hamil tunggal. Adakalanya terjadi sedikit peningkatan cardiac output sepanjang proses laktasi. Perubahan unsur darah juga terjadi dalam kehamilan.
Sel darah merah akan meningkat 20-30% dan jumlah lekosit bervariasi selama kehamilan dan selalu berada dalam batas atas nilai normal. Kadar fibronogen, factor VII, X dan XII meningkat, juga jumlah trombosit meningkat tetapi tidak melebihi nilai batas atas nilai normal. Kehamilan juga menyebabkan perubahan ukuran jantung dan perubahan posisi EKG. Ukuran jantung berobah karena dilatasi ruang jantung dan hipertrofi. Pembesaran pada katup tricuspid akan menimbulkan regurgitasi ringan dan menimbulkan bising bising sistolik normal grade 1 atau 2. Pembesaran rahim keatas rongga abdomen akan mendorong posisi diafragma naik keatas dan mengakibatkan posisi jantung berobah kekiri dan keanterior dan apeks jantung bergeser keluar dan keatas. Perubahan ini menyebabkan perubahan EKG. sehingga didapati deviasi aksis kekiri, sagging ST segment dan sering didapati gelombang T yang inversi atau mendatar pada lead III. Distribusi Aliran Darah Aliran Darah pada wanita hamil tidak sepenuhnya diketahui.
Distribusi aliran darah dipengaruhi oleh resistensi vaskuler lokal. Renal blood flow meningkat sekitar 30 persen pada trimester pertama dan menetap atau sedikit menurun sampai melahirkan. Aliran darah kekulit meningkat 40 - 50 persen yang berfungsi untuk menghilangkan panas. Mammary blood flow pada wanita tanpa kehamilan kurang dari 1 persen dari cardiac output. Dan dapat mencapai 2 persen pada saat kehamilan aterm. Pada wanita yang tidak hamil aliran darah ke rahim sekitar 100 ml/menit (2 persen dari cardiac output) dan akan meningkat dua kali lipat pada kehamilan 28 minggu dan meningkat mencapai 1200 ml/menit pada saat kehamilan aterm, mendekati jumlah nilai darah yang mengalir ke ginjalnya sendiri.
Nilai semasa kehamilan pembuluh darah rahim berdilatasi maksimal, aliran darah meningkat akibat meningkatnya tekanan darah maternal dan aliran darah. Pada dasarnya wanita hamil selalu menjaga aliran darah ke rahimnya, apabila redistribusi aliran darah total diperlukan oleh ibu atau jika terjadi penurunan tekanan darah maternal dan cardiac output, maka aliran darah ke uterus menurun dan tetap dipertahankan. Vasokonstriksi yang disebabkan katekolamin endogen, obat vasokonstriksi, ventilasi mekanix, dan beberapa obat anestetik yang berhubungan dengan pre eklampsi dan eklampsi akan menurunkan aliran darah ke rahim.
Pada wanita normal aliran darah rahim mempunyai potensi dapat dibatasi. Dan pada wanita berpenyakit jantung, pengalihan aliran darah dari rahim menjadi masalah karena aliran darah sudah tidak teratur. Mekanisme perubahan hemodinamik juga tidak sepenuhnya dimengerti, yang diakibatkan oleh perubahan volume cairan tubuh.. Total body water semasa kehamilan meningkat 6 sampai 8 lifer yang sebagian besar berada pada ekstraseluler. Segera setelah 6 minggu kehamilan volume plasma meningkat dan pada trimester kedua mencapai nilai maksimal 11/2 dan normal.
Masa sel darah merah juga meningkat tetapi tidak untuk tingkatan yang sama; hematokrit menurun semasa kehamilan meskipun jarang mencapai nilai kurang dari 30 persen, Perobahan vascular berhubungan penting dengan perubahan hemodinamik pada saat kehamilan. Arterial compliance meningkat dan terjadi peningkatan kapasitas venous vascular. Perubahan ini sangat penting dalam memelihara hemodinamik dari kehamilan normal. Perubahan arterial yang berhubungan dengan peningkatan fragilitas bila kecelakaan vaskuler terjadi yang sering terjadi pada kehamilan dapat merugikan hemodinamik.
Peningkatan level hormon steroid saat kehamilan inilah yang menjadi alasan utama terjadinya perobahan pada vaskuler dan miokard. Perubahan hemodinamik dengan exercise Kehamilan akan merobah respons hemodinamik terhadap exercise. Pada wanita hamil derajat exercise yang diberikan pada posisi duduk menyebabkan peningkatan cardiac output yang lebih besar dibanding dengan wanita tanpa kehamilan dengan derajat exercise yang sama.
Dan maksimum cardiac output dicapai pada tingkatan exercise yang lebih rendah. Peningkatan cardiac output relatif lebih besar dari peningkatan konsumsi oksigen, sehingga terdapat perbedaan oksigen arterio-venous yang lebih lebar dari yang dihasilkan pada wanita tanpa kehamilan dengan derajat exercise yang sama. Keadaan ini menunjukkan pelepasan oksigen ke perifer sedikit kurang efisien selama kehamilan. Pada wanita tanpa kehamilan, latihan akan meningkatkan stroke volume yang lebih besar dan sedikit peningkatan denyut jantung dari pada yang didapati pada individu yang tidak terlatih. Pada saat kehamilan efek latihan ini tidak kelihatan dan kemungkinan karena peningkahin stroke volume dibatasi akibat kompresi vena kava inferior atau meningkatnya distensibility vena.
Exercise semasa kehamilan tidak jelas apakah lebih berbahaya atau lebih bermanfaat pada wanita dengan penyakit jantung daripada pada wanita tanpa kehamilan. Pada manusia, diketahui tipe exercise mempengaruhi hemodinamik maternal dan perfusi uterus. Regular aerobic endurance exercise semasa hamil berhubungan dengan berkurangnya berat kelahiran. Sebagian besar pengurangan tersebut karena berkurangnya massa lemak janin dan tidak jelas apakah hal ini merugikan. Pada tabel di bawah dapat dilihat perubahan hemodinamik saat kehamilan normal, melahirkan dan post partum.
Tabel Perubahan hemodinamik normal semasa kehamilan Parameter hemodinamika Perubahan saat kehamilan normal Perubahan saat melahirkan Perubahan masa post partum Volume Darah Tidak ada perubahan 40 - 50% Kembali Normal Denyut Jantung Tidak ada perubahan 10 – 15 beat per menit Kembali Normal Cardiac output 30 – 50% diatas nilai-nilai normal Bertambah 50% Mula, dengan pre load, kemudian dengan diuresis Tekanan Darah Normal 10 mm HG Kembali normal Stroke Volume Pada trimester I dan II, sedikit pada trimester III (300 – 500 ml perkontraksi) Kembali Normal Resistensi Vascular Sistemik Meningkat pada kehamilan semester akhir Nnormal Edema Pada sebagian besar wanita hamil cairan edema akan terkumpul di tungkai, pergelangan kaki, dapat juga timbul di muka, tangan dan bagian-bagian lain badan. Mekanisme terjadinya edema pada wanita hamil normal belum diketahui. Diduga terjadi peninggian tekanan hidrostatik vena sesuai dengan peningkatan volume plasma. Tambahan pula tekanan onkotik plasma menurun disebabkan oleh pengenceran darah, namun demikian observasi ini tidaklah adekuat untuk menjelaskan terjadinya edema.
Anemia dapat terjadi secara fisiologis pada wanita hamil. Kadang-kadang wanita hamil akan mengalami kesulitan karena adanya anemia sebelum hamil ataupun yang baru terjadi setelah hamil. Wanita hamil yang menderita anemia dapat menimbulkan keluhan sesak napas, mudah lelah, takikardia, ekstrasistol, peningkatan aliran darah, yang terutama jelas terlihat pada waktu bekerja. Dapat timbul bising sistolik fungsional. Seringkali keadaan jantung pasien dapat pulih hanya dengan mengatasi anemianya saja.
Masalah Kardiovaskuler Pada Wanita Yang Berpenyakit Jantung Dengan Kehamilan Dahulu penyakit jantung pada wanita dengan kehamilan merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas. Dengan kemajuan diagnostik, pengobatan medik dan surgical dalam penatalaksanaan penyakit jantung, secara nyata telah menurunkan morbiditas dan mortalitas penderita penyakit jantung. Tindakan surgical pada penderita penyakit jantung semasa kanak-kanak menyebabkan sebagian besar wanita berpenyakit jantung dapat mengalami kehamilan dan melahirkan.
Meskipun demikian beberapa hal yang dihadapi wanita berpenyakit jantung yang mengalami kehamilan masih menjadi masalah, karena dapat mengancam jiwa si ibu dan mempengaruhi keadaan janin. Pada tabel dibawah ini ditunjukkan beberapa masalah pada wanita hamil dengan penyakit jantung.1,3,11 Dianjurkan menghindarkan kehamilan atau menghentikan kehamilan Hipertensi pulmonal Dilated cardiomyopathy dengan gagal jantung kongestif Sindroma Marten dengen dilatasi aorta PJB sianotik Kehamilan yang memerlukan konsultasi dan follow up ketat Katup protesa Koarktasio aorta Sindroma Martan Dilated cardiomyopathy yang asimtomatik Lesi obstruktif Pada saat kehamilan kesehatan ibu dan janin adalah sangat penting dan saling mempengaruhi.
Kondisi janin yang baik sangat diperlukan tetapi keselamatan ibu menjadi prioritas utama. Idealnya pengobatan ibu dengan obat-obatan, pemeriksaan diagnostik dan pembedahan perlu dihindarkan pada ibu hamil, tetapi bila diperlukan dapat dilakukan. Tabel Perubahan Hemodinamik pada 10 Wanita Hamil Normal Aterm Dibandingkan dengan Nilai Pascapartum Parameter Perubahan (%) Curah jantung Frekuensi jantung Indeks kerja sekuncup ventrikel kiri Resistensi vaskuler : Sistemik Pulmonal Rerata tekanan arteri Tekanan osmotic koloid +43 +17 +17 -21 -34 +4 -14 Data dari Clark dkk. (1989) Penerapan klinis Penerapan klinis berdasarkan data fisiologik di atas sangat efektif untuk mengurangi angka mortalitas dan morbiditas selama kehamilan.
Jantung yang normal dapat dengan mudah mengadakan kompensasi melalui mekanisme seperti peningkatan stroke volume akibat beban jantung yang timbul pada kehamilan tunggal. Pada kehamilan kembar, masa peningkatan kerja jantung menjadi lebih lama, walaupun kerja jantung tidak banyak bertambah. Pada fase aterm, mekanisme yang kurang efisien seperti takikardia timbul juga untuk mempertahankan curah jantung. Persalinan dan pengeluaran bayi akan menambah beban jantung yang bersifat sementara, sedangkan beban pada postpartum malah lebih tinggi daripada beban selama masa pengeluaran bayi.
Tingkat kerja jantung sebelum hamil tidak akan tercapai seperti pada 2 minggu setelah persalinan. Penanggulangan pasien penyakit jantung yang hamil dipersulit lagi oleh adanya perubahan fisiologis seperti tersebut diatas, yang akan mengaburkan tanda-tanda penyakit jantungnya sendiri. Diagnosa penyakit jantung yang sebelumnya ada malah tidak akan terlibat, atau sebaliknya gambaran klinis kardiopulmoner pada kehamilan normal dapat menunjukkan gambaran seperti gangguan jantung. Keluhan yang dapat mengarah pada dugaan adanya gangguan jantung yang sering terdapat pada kehamilan, adalah sebagai berikut: sesak napas pada waktu bekerja peningkatan frekuensi pernapasan sesak napas pada posisi ½ duduk (seperti ortopnea pada kegagalan jantung kongestif) edema tungkai (terutama pada pertengahan akhir dari kehamilan)

G.    Penatalaksanaan Hypertension Heart Disease (HHD)
1.    Perubahan gaya hidup
Implementasi gaya hidup yang mempengaruhi tekanan darah memiliki pengaruh baik pada pencegahan maupun penatalaksanaan hipertensi. Modifikasi gaya hidup yang meningkatkan kesehatan direkomendasikan bagi individu dengan prehipertensi dan sebagai tambahan untuk terapi obat pada individu hipertensif. Intervensi-intervensi ini harus diarahkan untuk mengatasi risiko penyakit kardiovaskular secara keseluruhan. Walaupun efek dari intervensi gaya hidup pada tekanan darah adalah jauh lebih nyata pada individu dengan hipertensi, pada uji jangka-pendek, penurunan berat badan dan reduksi NaCl diet juga telah terbukti mencegah perkembangan hipertensi. Pada individu hipertensif, bahkan jika intervensi-intervensi ini tidak menghasilkan reduksi tekanan darah yang cukup untuk menghindari terapi obat, namun jumlah pengobatan atau dosis yang diperlukan untuk kontrol tekanan darah dapat dikurangi. Modifikasi diet yang secara efektif mengurangi tekanan darah adalah penurunan berat badan, reduksi masukan NaCl, peningkatan masukan kalium, pengurangan konsumsi alkohol, dan pola diet sehat secara keseluruhan.
Tabel Modifikasi gaya hidup untuk mengatasi hipertensi
Reduksi berat badan
Memperoleh dan mempertahankan BMI <25 kg/m2
Reduksi garam
< 6 g NaCl/hari
Adaptasi rencana diet jenis-DASH
Diet yang kaya buah-buahan, sayur-sayuran, dan produk susu rendah-lemak dengan kandungan lemak tersaturasi dan total yang dikurangi
Pengurangan konsumsi alkohol
Bagi mereka yang mengkonsumsi alkohol, minumlah 2 gelas/hari untuk laki-laki dan 1 gelas/hari untuk wanita
Aktivitas fisik
Aktivitas aerobik teratur, seperti jalan cepat selama 30 menit/hari
Pencegahan dan penatalaksanaan obesitas adalah penting untuk mengurangi tekanan darah dan risiko penyakit kardiovaskular. Pada uji jangka-pendek, bahkan penurunan berat badan yang moderat dapat mengarah pada reduksi tekanan darah dan peningkatan sensitivitas insulin. Reduksi tekanan darah rata-rata sebesar 6.3/3/1 mmHg telah diamati terjadi dengan reduksi berat badan rata-rata sebesar 9.2 kg. Aktivitas fisik teratur memudahkan penurunan berat badan, mengurangi tekanan darah, dan mengurangi risiko keseluruhan untuk penyakit kardiovaskular. Tekanan darah dapat dikurangi oleh aktivitas fisik intensitas moderat selama 30 menit, seperti jalan cepat, 6-7 hari per minggu, atau oleh latihan dengan intensitas lebih dan frekuensi kurang.
Terdapat variasi individual dalam sensitivitas tekanan darah terhadap NaCl, dan variasi ini mungkin memiliki dasar genetis. Berdasarkan hasil dari metaanalisis, penurunan tekanan darah dengan pembatasan masukan NaCl harian menjadi 4.4-7.4 g (75-125 mEq) menghasilkan reduksi tekanan darah sebesar 3.7-4.9/0.9-2.9 mmHg pada individu hipertensif dan reduksi yang lebih rendah pada individu normotensif. Diet yang kurang mengandung kalium, kalsium, dan magnesium berkaitan dengan tekanan darah yang lebih tinggi dan prevalensi hipertensi yang lebih tinggi. Perbandingan natrium-terhadap-kalium urin memiliki hubungan yang lebih kuat terhadap tekanan darah dibanding natrium atau kalium saja. Suplementasi kalium dan kalsium memiliki efek antihipertensif moderat yang tidak konsisten, dan, tidak tergantung pada tekanan darah, suplementasi kalium mungkin berhubungan dengan penurunan mortalitas stroke. Penggunaan alkohol pada individu yang mengkonsumsi tiga atau lebih gelas per hari (satu gelas standar mengandung ~14 g etanol) berhubungan dengan tekanan darah yang lebih tinggi, dan reduksi konsumsi alkohol berkaitan dengan reduksi tekanan darah. Mekanisme bagaimana kalium, kalsium, atau alkohol dapat mempengaruhi tekanan darah masihlah belum diketahui.
Uji DASH secara meyakinkan mendemonstrasikan bahwa pada periode 8 minggu, diet yang kaya buah-buahan, sayur-sayuran, dan produk susu rendah-lemak mengurangi tekanan darah pada individu dengan tekanan darah tinggi-normal atau hipertensi ringan. Reduksi masukan NaCl harian menjadi <6 g (100 mEq) menambah efek diet ini pada tekanan darah. Buah-buahan dan sayur-sayuran merupakan sumber yang kaya akan kalium, magnesium, dan serat, dan produk susu merupakan sumber kalsium yang penting.
2.    Penatalaksanaan Non-farmakologis dan pencegahan  hipertensi pada kehamilan
Termasuk pengawasan ketat, pembatasan aktivitas dan istirahat dengan posisi miring ke kiri. Penanganan ini harus dipertimbangkan untuk pasien dengan tekanan darah sistolik 140-150 mmHg dan atau diastolik 90-99mmHg. Dianjurkan diet normal tanpa disertai restriksi/pembatasan garam terutama jika mendekati saat melahirkan karena dapat menyebabkan penurunan volume intravaskular. Pemberian suplemen kalsium minimal 1 g per hari selama kehamilan, hampir setengah pasien pre-eklampsia tidak menimbulkan bahaya apapun. Efeknya terbesar terjadi pada wanita beresiko tinggi. Namun bagaimanapun juga penambahan kalsium untuk mencegah hipertensi adalah bertentangan. Suplemen minyak ikan, vitamin dan gizi tidak mempunyai peran dalam pencegahan hipertensi.
Pengurangan berat badan tidak dianjurkan selama kehamilan pada wanita obesitas, karena dapat menyebabkan penurunan berat badan dan gangguan pertumbuhan janin. Namun, ibu dengan obesitas dapat mengakibatkan dampak buruk baik bagi ibu sendiri maupun janinnya. Pedoman untuk rentang berat badan sehat pada kehamilan telah dibentuk dimana pada wanita hamil dengan indeks massa tubuh yang normal (BMI, 25 kg/m2) maka penambahan berat badan yang dianjurkan adalah 11,2-15,9 kg, sedangkan untuk ibu hamil dengan kelebihan berat badan (BMI 25,0-29,9 kg/m2) peningkatannya adalah 6,8-11,2 kg, dan untuk ibu hamil yang obesitas (BMI ≥ 30 kg/m2) peningkatan berat badan yang dianjurkan adalah 6,8 kg.
Diet untuk Penyakit Darah Tinggi (Hipertensi)
Kandungan garam (Sodium/Natrium) : Seseorang yang mengidap penyakit darah tinggi sebaiknya mengontrol diri dalam mengkonsumsi asin-asinan garam, ada beberapa tips yang bisa dilakukan untuk pengontrolan diet sodium/natrium ini;
a.    Jangan meletakkan garam di atas meja makan
b.    Pilih jumlah kandungan sodium rendah saat membeli makanan
c.    Batasi konsumsi daging dan keju
d.    Hindari cemilan yang asin-asin
e.    Kurangi pemakaian saos yang umumnya memiliki kandungan sodium.
Kandungan Potasium/Kalium : Suplemen potasium 2-4 gram/hari dapat membantu penurunan tekanan darah. Potasium umumnya banyak didapati pada beberapa buah-buahan dan sayuran. Buah dan sayuran yang mengandung potasium dan baik untuk dikonsumsi penderita tekanan darah tinggi antara lain semangka, alpukat, melon, buah pare, labu siam, bligo, labu parang/labu, mentimun, lidah buaya, seledri, bawang, dan bawang putih. Selain itu, makanan yang mengandung unsur omega-3 sangat dikenal efektif dalam membantu penurunan tekanan darah (hipertensi).
3.    Penatalaksanaan Farmakologis dan pencegahan hipertensi pada kehamilan
Walaupun terdapat konsensus bahwa penggunaan obat untuk hipertensi berat pada kehamilan memberikan manfaat, namun pengobatan untuk kondisi hipertensi ringan masih merupakan kontroversi karena dapat mengganggu perfusi uteroplasenta dan membahayakan perkembangan janin meskipun mungkin berguna bagi ibunya yang dapat menurunkan tekanan darahnya. Obat pilihan pertama untuk hipertensi pada kehamilan adalah alfa metildopa. Labetolol juga memberikan efektivitas sebanding dengan metildopa dan dapat diberikan secara iv pada kondisi berat. Pemberian metoprolol juga direkomendasikan.
Calcium Channel blocker seperti nifedipin (oral) atau isradipine adalah obat pilihan kedua untuk terapi hipertensi. Obat-obatan golongan diatas dapat digunakan pada hipertensi emergensi atau hipertensi akibat pre-eklampsia. Potensi sinergis dengan magnesium sulfat dapat menginduksi hipertensi maternal dan hipoksia janin. Uradipil dapat juga digunakan untuk hipertensi emergensi. Magnesium sulfat iv merupakan obat yang dipilih untuk mengatasi kejang dan mencegah eklamspsia. Penggunaan diuretik harus dihindari karena menurunkan aliran darah ke plasenta dan tidak direkomendasikan untuk diberikan pada kasus pre-eklampsia.
Penggunaan ACE inhibitor, ARB dan inhibitor renin langsung merupakan kontraindikasi saat kehamilan karena bersifat toksik terhadap fetus terutama pada trimester kedua dan ketiga. Jika tidak sengaja meminumnya pada saat trimester pertama maka ganti dengan obat yang lain dan dianjurkan monitoring ketat termasuk dengan usg janin.
Tekanan darah sistole ≥ 170mmHg atau diastole ≥ 110mmHg pada wanita hamil merupakan keadaan emergensi dan indikasi untuk rawat inap. Penatalaksanaan farmakologis dapat dengan labetolol iv atau methyldopa oral atau nifedipine. Hydralazine iv tidak lagi digunakan karena efek samping perinatal yang lebih besar dibandingkan obat yang lain. Pilihan utama untuk krisis hipertensi adalah infus sodium nitroprusside 0.25–5.0 µg/kg/min. Pemberian sodium nitroprusside jangka panjang berhubungan dengan peningkatan terjadinya keracunan cyanide pada janin akibat nitroprusside yang dimetabolisme menjadi thiocyanate. Pilihan utama untuk pasien pre-eklampsia dengan edema paru adalah infus nitrogliserin (glyceryl trinitrate) 5 µg/min dan ditingkatkan bertahap tiap 3-5 menit sampai dosis maksimum 100µg/min

H.    Akibat HHD pada Janin
Pada wanita penderita jantung hipertensi lebih sering terjadi abrupsio plasenta (pelepasan plasenta sebelum waktunya), yang menyebabkan terputusnya pasokan oksigen dan zat gizi ke janin sehingga janin bisa meninggal.
Bahkan meskipun tidak terjadi abrupsio plasenta, hipertensi bisa menyebabkan berkurangnya pasokan darah ke janin sehingga pertumbuhan janin menjadi lambat.
Jika kehamilan ingin dilanjutkan, biasanya harus diberikan obat anti-hipertensi yang lebih kuat. Untuk melindungi janin dan ibu, biasanya penderita harus dirawat di rumah sakit. Jika kondisinya semakin memburuk, disarankan untuk mengakhiri kehamilan guna menyelamatkan ibu.


BAB III
PENUTUP

   Penyakit jantung hipertensi adalah suatu penyakit yang berkaitan dengan dampak sekunder pada jantung karena hipertensi sistemik yang lama dan berkepanjangan. Sampai saat ini prevalensi hipertensi di Indonesia berkisar antara 5-10%. Sejumlah 85-90% hipertensi tidak diketahui penyebabnya atau disebut sebagai hipertensi primer (hipertensi esensial atau idiopatik). Hanya sebagian kecil hipertensi yang dapatditetapkan penyebabnya (hipertensi sekunder). (Handayani, 2013 )

DAFTAR PUSTAKA