Selasa, 18 Juli 2017

EPIDEMIOLOGI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA



Oleh : Astrini Fajar Sari
BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Masa remaja merupakan bagian dari proses tumbuh kembang, yaitu masa peralihan dari anak menuju dewasa. Pada tahap ini, anak mengalami percepatan pertumbuhan, perubahan-perubahan baik fisik maupun psikologis. Oleh karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial. Begitu juga dengan permasalahan kesehatan reproduksinya.
Remaja sebagai generasi penerus bangsa perlu dipersiapkan menjadi manusia yang sehat secara jasmani, rohani dan mental spiritual. Sebagaimana telah dikemukakan bahwa usia remaja merupakan fase umur penduduk yang sangat menentukan kualitas penduduk pada masa depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat tergantung pada masa remajanya. Apabila umur remaja memperoleh pendidikan formal dan non formal yang cukup maka kualitas penduduk yang bersangkutan pada fase umur dewasa akan cenderung lebih baik; dan selanjutnya akan menghasil kan generasi yang berkualitas.
Data dari BKKBN, Jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 sebanyak 237,6 juta jiwa dan 26,67 persen diantaranya adalah remaja. Banyak sekali remaja yang sudah aktif secara seksual dan di berbagai daerah atau wilayah, kira-kira separuh dari mereka sudah menikah. Kegiatan seksual menempatkan remaja pada tantangan risiko teradap berbagai masalah kesehatan reproduksi. Untuk itulah Epidemiologi Remaja dan kesehatan reproduksinya akan dibahas pada makalah ini.

B.   Tujuan
1.    Mengetahui Permasalahan Kesehatan Reproduksi Remaja
2.    Mengetahui Kebijakan Program Kesehatan Reproduksi Remaja




BAB II
PEMBAHASAN
A.   Definisi
1.    Epidemiologi
a.    Menurut Omran (1974), Epidemiologi adalah Suatu studi mengenai terjadinya dan distribusi keadaan kesehatan, penyakit, dan perubahan pada penduduk begitu juga “determinannya” dan akibat yang terjadi pada kelompok masyarakat tersebut.
b.    Mac Mahon and Pugh (1970), Epidemiologi adalah Ilmu yang mempelajari penyebaran penyakit dan faktor faktor yang menentukan terjadinya penyakit pada manusia.

2.    Kesehatan Reproduksi
Definisi kesehatan reproduksi menurut ICPD Kairo (1994) yang dikutip dalam jurnal Dr. Diffah Hanim, Prof. Dr. Santosa, and Affandi (2013) yaitu suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya.



3.    Remaja
a.    Hurlock (1973) yang dikutip dalam jurnal Pertiwi (2003) memberi batasan masa remaja berdasarkan usia kronologis, yaitu antara 13 hingga 18 tahun.
b.    Menurut Thornburgh (1982) yang dikutip dari jurnal Pertiwi (2003), batasan usia tersebut adalah batasan tradisional, sedangkan aliran kontemporer membatasi usia remaja antara 11 hingga 22 tahun.
c.    Dalam jurnal Pertiwi (2003), Thornburgh membagi usia remaja menjadi tiga kelompok, yaitu: 1) remaja awal antara 11 hingga 13 tahun, 2) remaja pertengahan antara 14 hingga 16 tahun,dan 3) remaja akhir antara 17 hingga 19 tahun.
d.    Menurut definisi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang dikutip dalam Jurnal Sherris (2000), remaja (adolescence) adalah mereka yang berusia 10-19 tahun. sementara PBB menyebut anak muda (youth) untuk usia 15-24 tahun. Ini kemudian disatukan dalam terminologi kaum muda (young people)yang mencakup usia 10-24 tahun.

4.    Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR)
Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi, dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja, yang tidak sernata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial budaya. (Paramita, Widjlartini, & Soeparmanto, 2006)

B.   Permasalahan Kesehatan Reproduksi Remaja
Masalah reproduksi remaja selain berdampak secara fisik, juga dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental dan emosi, keadaan ekonomi dan kesejahteraan sosial dalam jangka panjang. Dampak jangka panjang tersebut tidak hanya berpengaruh terhadap remaja itu sendiri, tetapi juga terhadap keluarga, masyarakat dan bangsa pada akhirnya. Permasalahan kesehatan reproduksi pada remaja dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1.    Perilaku Berisiko
Perilaku berisiko yang dimaksud disini yaitu mengkonsumsi alkohol, merokok, Personal Hyegiene yang buruk, Masturbasi, dll yang dapat menjadi pemicu faktor risiko penyakit pada organ reproduksi remaja termasuk juga salah satunya yaitu status gizi remaja yang buruk. Status gizi remaja juga mempunyai pengaruh terhadap kesehatan reproduksi remaja. salah satu contohnya yaitu Menarche.
Menarche adalah menstruasi pertama di tengah masa pubertas. Biasanya, peristiwa ini terjadi di awal masa remaja. Diungkapkan oleh Edward (2007) yang dikutip dari jurnal Sylvia and Saftarina (2013) yaitu, dalam 25 tahun terakhir, usia rata-rata menarche menjadi lebih cepat, dari 12,75 tahun menjadi 12,54 tahun. Usia menarche yang lebih cepat tersebut mungkin mencerminkan keadaan gizi dan kesehatan umum yang lebih baik.
Dalam penelitian Sylvia and Saftarina (2013) dari 186 sampel siswi putri di SMP Negeri 22 Bandar Lampung. terdapat 143 siswi dengan status gizi normal memiliki usia menarche yang juga normal. Didapatkan juga ada 11 orang siswi dengan status gizi normal yang mengalami menarche di bawah 11 tahun atau di atas 13 tahun. Ada pula 12 orang siswi dengan status gizi yang berlebihan atau kekurangan, namun mengalami menstruasi pertama di usia yang normal. Sisanya, 20 orang memiliki status gizi yang tidak normal dan usia menarche yang juga tidak normal. Semakin baik status gizi seseorang, semakin tepat usia menarche orang tersebut.

2.    Kurangnya Akses Pelkes & Kurangnya Informasi yang benar
Puskesmas sebagai pelaksana pelayanan kesehatan reproduksi strata pertama, diharapkan dapat mengisi kebutuhan remaja untuk memperoleh informasi KRR yang benar.
Dalam Penelitian Paramita et al. (2006), meneliti tentang Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja Oleh Puskesmas Yang Di Wilayah Kerjanya Terdapat Lokasi Prostitusi (Studi di Kota Malang dan Kabupaten Tulungagung). Dari hasil penelitian tersebut ditemukan bahwa di puskesmas-puskesmas memiliki beberapa faktor permasalahan mengapa pelayanan KRR (Kesehatan Reproduksi Remaja) belum maksimal, faktor-faktor tersebut yaitu :
a.    Tenaga puskesmas belum memahami benar tentang KRR karena belum pernah mengikuti pelatihan.
b.    Tidak tersedia ruangan khusus untuk pelayanan ini sehingga mungkin remaja menjadi takut dan malu apabila hendak konseling.
c.    Tidak tahu media, teknik penyuluhan, dan konseling yang tepat.
d.    Respon remaja terhadap kesehatan reproduksi masih rendah. Kebanyakan remaja bersikap tidak mau tahu terhadap masalah kesehatan reproduksi atau malu jika orang lain, termasuk petugas puskesmas, tahu masalah yang sedang dihadapinya.
e.    Masyarakat masih menganggap masalah seksual sebagai sesuatu yang "taboo”.

3.    Banyaknya Akses Informasi yang Salah tanpa Tapisan & Tindak Kekerasan Seksual seperti pemerkosaan, pelecehan seksual dan transaksi seks komersial
Pada era Globalisasi sekarang ini, segala sesuatu bisa diakses dengan mudah menggunakan media Internet, tetapi banyak remaja menyalah gunakan media internet. salah satunya dengan mengankses film-film porno.
Pornografi yang menampilkan gambar yang tidak senonoh, melalui media elektronik maupun cetak banyak disorot sebagai biang keladi penyebab utama tindak kejahatan seksual karena mempengaruhi dekadensi moral manusia termasuk remaja. Berkembangnya teknologi komunikasi saat ini hampir tidak ada satupun kekuatan yang mampu mengendalikan atau menghentikan secara permanen untuk berita atau pun hiburan yang terindikasi pornografi.
Tentunya ini merupakan tantangan kedepan yang harus segera mendapatkan perhatian, tidak hanya oleh pemerintah, tetapi juga swasta, masyarakat seluruhnya yang selalu mengikuti perkembangan perilaku kehidupan remaja secara global.

4.    Masalah PMS termasuk HIV/AIDS
Kaum muda cenderung lebih berisiko tertular PMS, termasuk HIV/AIDS karena berbagai sebab. Risiko remaja untuk tertular HIV/AIDS juga meningkat. Perkiraan terakhir memperhitungkan bahwa 40% dari infeksi HIV terjadi pada kaum muda berusia 15-24 tahun. 7.000 dari 16.000 kasus infeksi baru yang terjadi setiap hari. Infeksi pada kelompok wanita jauh lebih tinggi dibanding pada pria, dengan rasio 2 banding 1. (Sherris, 2000)
Berdasarkan laporan Departemen Kesehatan yang dikutip dari Pertiwi (2003) sampai Juni 2003 jumlah pengidap HIV/AIDS atau ODHA (Orang Yang Hidup Dengan HIV/AIDS) di Indonesia adalah 3.647 orang terdiri dari pengidap HIV 2.559 dan penderita AIDS 1.088 orang. Dari jumlah tersebut, kelompok usia 15 -19 berjumlah 151 orang (4,14%); 19-24 berjumlah 930 orang (25,50%). Ini berarti bahwa jumlah terbanyak penderita HIV/AIDS adalah remaja dan orang muda. Dari data tersebut, dilaporkan yang sudah meninggal karena AIDS secara umum adalah 394 orang.

5.    Kehamilan dan persalinan usia muda yang berisiko kematian ibu dan bayi
Diberbagai belahan dunia, wanita menikah dan melahirkan di masa remaja. Kehamilan dan persalinan membawa risiko morbiditas dan mortalitas yang lebih besar pada remaja dibandingkan pada wanita yang berusia 20 tahunan.
Remaja putri yang berusia kurang dari 18 tahun mempunyai 2 sampai 5 kali risiko kematian (Maternal Mortality) dibandingkan dengan wanita yang telah berusia 18-25 tahun akibat persalinan lama dan macet, perdarahan maupun faktor lain. (Pertiwi, 2003)

6.    Kehamilan yang tak dikehendaki, yang sering kali menjurus kepada aborsi yang tidak aman dan komplikasinya
Kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja sering kali berakhir dengan aborsi. Banyak survey yang telah dilakukan di negara-negara berkembang menunjukkan bahwa hampir 60% kehamilan pada wanita dibawah usia 20 tahun adalah kehamilan yang tidak diinginkan. Pada akhir tahun 1980 di Kanada, Inggris, Selandia Baru, dan Amerika Serikat Menunjukkan bahwa 50% lebih dari semua aborsi terjadi pada wanita di bawah usia 25 tahun. (Pertiwi, 2003)

C.   Kebijakan Program Kesehatan Reproduksi Remaja (Wilopo, 2001)
Program kesehatan reproduksi remaja merupakan upaya untuk membantu remaja agar memiliki pengetahuan, kesadaran, sikap, dan perilaku kehidupan reproduksi sehat dan bertanggung jawab, melalui advokasi, promosi, KIE, konseling dan pelayanan kepada remaja yang memiliki permasalahan khusus serta dukungan pada kegiatan remaja yang bersifat positif. Ada empat pendekatan yang dipakai dalam penanganan masalah remaja yaitu institusi keluarga, kelompok sebaya (peer group), institusi sekolah, dan tempat kerja. Kebijakan teknis program kesehatan reproduksi remaja meliputi :


1.    Peningkatan Promosi Kesehatan Reproduksi Remaja
Promosi Kesehatan reproduksi remaja dimaksudkan agar tumbuh kondisi kondusif untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku kehidupan seksual yang bertanggung jawab dari para remaja.

2.    Peningkatan Advokasi Kesehatan Reproduksi Remaja
Tujuan utama dari advokasi adalah untuk menumbuhkan dukungan pada program kesehatan reproduksi remaja dari segenap komponen dalam masyarakat seperti politisi, tokoh masyarakat, tokoh agama, dll.
Pada saat ini, belum seluruh komponen masyarakat mengerti tentang manfaat program kesehatan reproduksi remaja, sebagian kecil masyarakat menganggap bahwa upaya ini sama dengan pendidikan seks. Sebagian kecil lainnya malah menganggap upaya ini sebagai salah satu bentuk pornografi, yaitu justru akan mendorong remaja untuk bertingkah laku negatif jika diberikan kepada mereka.

3.    Pengembangan KIE Kesehatan Reproduksi Remaja
Tujuan utama KIE adalah agar terjadi peningkatan pengetahuan di kalangan remaja dan orang tua tentang kesehatan reproduksi. Diharapkan dengan peningkatan pengetahuan tersebut akan terjadi perubahan sikap dan perilaku sehingga remaja menjadi lebih bertanggung jawab.
KIE dapat dilakukan dengan memanfaatkan berbagai jalur mass media yang ada maupun kelompok-kelompok yang ada dalam masyarakat. Disamping itu sekolah dan perusahaan juga dapat dimanfaatkan sebagai wadah untuk melakukan KIE.

4.    Peningkatan Kegiatan Konseling Kepada Remaja yang Membutuhkan
Pemberian informasi melalui KIE biasanya bersifat umum dan terbuka. Dalam banyak kasus remaja juga memiliki masalah kesehatan reproduksi yang bersifat pribadi dan tidak mungkin diungkapkan secara terbuka.
Dalam konteks itulah konseling dibutuhkan. karena itulah perlu dikembangkan pusat konseling bagi remaja. Pengembangan pusat konseling diupayakan “Sedekat” mungkin dengan remaja.

5.    Peningkatan Dukungan Pelayanan Bagi Remaja yang Memiliki Masalah Khusus
Tidak sedikit remaja yang memiliki masalah khusus berkaitan dengan kesehatan reproduksi seperti kehamilan diluar nikah, komplikasi sebagai akibat aborsi yang tidak aman, serta terjangkit penyakit menular seksual. Untuk itu, perlu adanya layanan khusus agar kasus yang dialami remaja tidak menjadi bertambah buruk atau bahkan sampai pada kasus kematian.

6.    Peningkatan Dukungan Bagi Kegiatan Remaja yang Positif
Dukungan terhadap kegiatan positif remaja memiliki 2 misi utama, yaitu :
a.    Mendorong remaja agar mereka memiliki kegiatan yang bersifat positif.
b.    Mengintegrasikan upaya kesehatan reproduksi remaja sesuai dengan minat yang mereka miliki.
Adapun program dukungan bagi kegiatan remaja yang positif yaitu :
a.    Memberikan materi berkaitan dengan KRR, baik berupa buku, poster, kaset dan video yang berisi tentang kesehatan reproduksi remaja.
b.    Dukungan penyelenggaraan kegiatan remaja baik di sekolah, dimasyarakat maupun di tempat kerja.

BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Mac Mahon and Pugh (1970), Epidemiologi adalah Ilmu yang mempelajari penyebaran penyakit dan faktor faktor yang menentukan terjadinya penyakit pada manusia.
Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi, dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja, yang tidak sernata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial budaya.
1.    Permasalahan Kesehatan Reproduksi Remaja
a.    Perilaku Berisiko
b.    Kurangnya Akses Pelkes & Kurangnya Informasi yang benar
c.    Banyaknya Akses Informasi yang Salah tanpa Tapisan & Tindak Kekerasan Seksual seperti pemerkosaan, pelecehan seksual dan transaksi seks komersial
d.    Masalah PMS termasuk HIV/AIDS
e.    Kehamilan dan persalinan usia muda yang berisiko kematian ibu dan bayi
f.     Kehamilan yang tak dikehendaki, yang sering kali menjurus kepada aborsi yang tidak aman dan komplikasinya

2.    Kebijakan Program Kesehatan Reproduksi Remaja
a.    Peningkatan Promosi Kesehatan Reproduksi Remaja
b.    Peningkatan Advokasi Kesehatan Reproduksi Remaja
c.    Pengembangan KIE Kesehatan Reproduksi Remaja
d.    Peningkatan Kegiatan Konseling Kepada Remaja yang Membutuhkan
e.    Peningkatan Dukungan Pelayanan Bagi Remaja yang Memiliki Masalah Khusus
f.     Peningkatan Dukungan Bagi Kegiatan Remaja yang Positif

DAFTAR PUSTAKA







Tidak ada komentar: