Oleh : Astrini Fajar Sari
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Masa
remaja merupakan bagian dari proses tumbuh kembang, yaitu masa peralihan dari
anak menuju dewasa. Pada tahap ini, anak mengalami percepatan pertumbuhan,
perubahan-perubahan baik fisik maupun psikologis. Oleh karenanya, remaja sangat
rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan
yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial. Begitu juga dengan
permasalahan kesehatan reproduksinya.
Remaja
sebagai generasi penerus bangsa perlu dipersiapkan menjadi manusia yang sehat
secara jasmani, rohani dan mental spiritual. Sebagaimana telah dikemukakan
bahwa usia remaja merupakan fase umur penduduk yang sangat menentukan kualitas
penduduk pada masa depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa
sangat tergantung pada masa remajanya. Apabila umur remaja memperoleh
pendidikan formal dan non formal yang cukup maka kualitas penduduk yang
bersangkutan pada fase umur dewasa akan cenderung lebih baik; dan selanjutnya
akan menghasil kan generasi yang berkualitas.
Data
dari BKKBN, Jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 sebanyak 237,6 juta jiwa dan
26,67 persen diantaranya adalah remaja. Banyak sekali remaja yang sudah aktif
secara seksual dan di berbagai daerah atau wilayah, kira-kira separuh dari
mereka sudah menikah. Kegiatan seksual menempatkan remaja pada tantangan risiko
teradap berbagai masalah kesehatan reproduksi. Untuk itulah Epidemiologi Remaja
dan kesehatan reproduksinya akan dibahas pada makalah ini.
B.
Tujuan
1. Mengetahui
Permasalahan Kesehatan Reproduksi Remaja
2. Mengetahui
Kebijakan Program Kesehatan Reproduksi Remaja
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
1.
Epidemiologi
a. Menurut
Omran (1974), Epidemiologi adalah Suatu studi mengenai terjadinya dan
distribusi keadaan kesehatan, penyakit, dan perubahan pada penduduk begitu juga
“determinannya” dan akibat yang terjadi pada kelompok masyarakat tersebut.
b. Mac
Mahon and Pugh (1970), Epidemiologi adalah Ilmu yang mempelajari penyebaran
penyakit dan faktor faktor yang menentukan terjadinya penyakit pada manusia.
2.
Kesehatan
Reproduksi
Definisi kesehatan
reproduksi menurut ICPD Kairo (1994) yang dikutip dalam jurnal Dr. Diffah Hanim, Prof. Dr. Santosa, and Affandi
(2013) yaitu suatu keadaan sejahtera fisik, mental
dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan
dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya.
3.
Remaja
a. Hurlock
(1973) yang dikutip dalam jurnal Pertiwi (2003)
memberi
batasan masa remaja berdasarkan usia kronologis, yaitu antara 13 hingga 18
tahun.
b. Menurut
Thornburgh (1982) yang dikutip dari jurnal Pertiwi (2003),
batasan usia tersebut adalah batasan tradisional, sedangkan aliran kontemporer
membatasi usia remaja antara 11 hingga 22 tahun.
c. Dalam
jurnal Pertiwi (2003),
Thornburgh membagi usia remaja menjadi tiga kelompok, yaitu: 1) remaja awal
antara 11 hingga 13 tahun, 2) remaja pertengahan antara 14 hingga 16 tahun,dan
3) remaja akhir antara 17 hingga 19 tahun.
d. Menurut
definisi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang dikutip dalam Jurnal Sherris (2000),
remaja (adolescence) adalah mereka yang berusia 10-19 tahun. sementara PBB
menyebut anak muda (youth) untuk usia 15-24 tahun. Ini kemudian disatukan dalam
terminologi kaum muda (young people)yang mencakup usia 10-24 tahun.
4.
Kesehatan
Reproduksi Remaja (KRR)
Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) adalah
suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi, dan proses reproduksi yang
dimiliki oleh remaja, yang tidak sernata-mata berarti bebas penyakit atau bebas
dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial budaya. (Paramita, Widjlartini, & Soeparmanto, 2006)
B.
Permasalahan
Kesehatan Reproduksi Remaja
Masalah reproduksi remaja selain berdampak secara fisik, juga
dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental dan emosi, keadaan ekonomi dan
kesejahteraan sosial dalam jangka panjang. Dampak jangka panjang tersebut tidak
hanya berpengaruh terhadap remaja itu sendiri, tetapi juga terhadap keluarga, masyarakat
dan bangsa pada akhirnya. Permasalahan kesehatan reproduksi pada remaja dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
1.
Perilaku
Berisiko
Perilaku berisiko yang dimaksud disini yaitu
mengkonsumsi alkohol, merokok, Personal Hyegiene yang buruk, Masturbasi, dll
yang dapat menjadi pemicu faktor risiko penyakit pada organ reproduksi remaja
termasuk juga salah satunya yaitu status gizi remaja yang buruk. Status gizi
remaja juga mempunyai pengaruh terhadap kesehatan reproduksi remaja. salah satu
contohnya yaitu Menarche.
Menarche adalah
menstruasi pertama di tengah masa pubertas. Biasanya, peristiwa ini terjadi di
awal masa remaja. Diungkapkan oleh Edward (2007) yang dikutip dari jurnal Sylvia and Saftarina (2013)
yaitu, dalam 25 tahun terakhir, usia rata-rata menarche menjadi lebih
cepat, dari 12,75 tahun menjadi 12,54 tahun. Usia menarche yang lebih
cepat tersebut mungkin mencerminkan keadaan gizi dan kesehatan umum yang lebih
baik.
Dalam penelitian Sylvia and Saftarina (2013)
dari 186 sampel siswi putri di SMP Negeri 22 Bandar Lampung. terdapat 143 siswi
dengan status gizi normal memiliki usia menarche yang juga normal. Didapatkan
juga ada 11 orang siswi dengan status gizi normal yang mengalami menarche di
bawah 11 tahun atau di atas 13 tahun. Ada pula 12 orang siswi dengan status
gizi yang berlebihan atau kekurangan, namun mengalami menstruasi pertama di
usia yang normal. Sisanya, 20 orang memiliki status gizi yang tidak normal dan
usia menarche yang juga tidak normal. Semakin baik status gizi seseorang,
semakin tepat usia menarche orang tersebut.
2.
Kurangnya
Akses Pelkes & Kurangnya Informasi yang benar
Puskesmas sebagai pelaksana pelayanan kesehatan
reproduksi strata pertama, diharapkan dapat mengisi kebutuhan remaja untuk
memperoleh informasi KRR yang benar.
Dalam Penelitian Paramita et al. (2006),
meneliti tentang Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja Oleh Puskesmas Yang Di
Wilayah Kerjanya Terdapat Lokasi Prostitusi (Studi di Kota Malang dan Kabupaten
Tulungagung). Dari hasil penelitian tersebut ditemukan bahwa di
puskesmas-puskesmas memiliki beberapa faktor permasalahan mengapa pelayanan KRR
(Kesehatan Reproduksi Remaja) belum maksimal, faktor-faktor tersebut yaitu :
a. Tenaga
puskesmas belum memahami benar tentang KRR karena belum pernah mengikuti
pelatihan.
b. Tidak
tersedia ruangan khusus untuk pelayanan ini sehingga mungkin remaja menjadi
takut dan malu apabila hendak konseling.
c. Tidak
tahu media, teknik penyuluhan, dan konseling yang tepat.
d. Respon
remaja terhadap kesehatan reproduksi masih rendah. Kebanyakan remaja bersikap
tidak mau tahu terhadap masalah kesehatan reproduksi atau malu jika orang lain,
termasuk petugas puskesmas, tahu masalah yang sedang dihadapinya.
e. Masyarakat
masih menganggap masalah seksual sebagai sesuatu yang "taboo”.
3.
Banyaknya
Akses Informasi yang Salah tanpa Tapisan & Tindak Kekerasan Seksual seperti
pemerkosaan, pelecehan seksual dan transaksi seks komersial
Pada era Globalisasi sekarang ini, segala
sesuatu bisa diakses dengan mudah menggunakan media Internet, tetapi banyak
remaja menyalah gunakan media internet. salah satunya dengan mengankses
film-film porno.
Pornografi yang menampilkan gambar yang tidak
senonoh, melalui media elektronik maupun cetak banyak disorot sebagai biang
keladi penyebab utama tindak kejahatan seksual karena mempengaruhi dekadensi
moral manusia termasuk remaja. Berkembangnya teknologi komunikasi saat ini
hampir tidak ada satupun kekuatan yang mampu mengendalikan atau menghentikan
secara permanen untuk berita atau pun hiburan yang terindikasi pornografi.
Tentunya ini merupakan tantangan kedepan yang
harus segera mendapatkan perhatian, tidak hanya oleh pemerintah, tetapi juga
swasta, masyarakat seluruhnya yang selalu mengikuti perkembangan perilaku
kehidupan remaja secara global.
4.
Masalah
PMS termasuk HIV/AIDS
Kaum muda cenderung lebih berisiko tertular
PMS, termasuk HIV/AIDS karena berbagai sebab. Risiko remaja untuk tertular
HIV/AIDS juga meningkat. Perkiraan terakhir memperhitungkan bahwa 40% dari
infeksi HIV terjadi pada kaum muda berusia 15-24 tahun. 7.000 dari 16.000 kasus
infeksi baru yang terjadi setiap hari. Infeksi pada kelompok wanita jauh lebih
tinggi dibanding pada pria, dengan rasio 2 banding 1. (Sherris, 2000)
Berdasarkan laporan Departemen Kesehatan yang
dikutip dari Pertiwi (2003)
sampai Juni 2003 jumlah pengidap HIV/AIDS atau ODHA (Orang Yang Hidup Dengan
HIV/AIDS) di Indonesia adalah 3.647 orang terdiri dari pengidap HIV 2.559 dan
penderita AIDS 1.088 orang. Dari jumlah tersebut, kelompok usia 15 -19
berjumlah 151 orang (4,14%); 19-24 berjumlah 930 orang (25,50%). Ini berarti
bahwa jumlah terbanyak penderita HIV/AIDS adalah remaja dan orang muda. Dari
data tersebut, dilaporkan yang sudah meninggal karena AIDS secara umum adalah
394 orang.
5.
Kehamilan dan persalinan usia muda yang
berisiko kematian ibu dan bayi
Diberbagai belahan
dunia, wanita menikah dan melahirkan di masa remaja. Kehamilan dan persalinan
membawa risiko morbiditas dan mortalitas yang lebih besar pada remaja
dibandingkan pada wanita yang berusia 20 tahunan.
Remaja putri yang
berusia kurang dari 18 tahun mempunyai 2 sampai 5 kali risiko kematian
(Maternal Mortality) dibandingkan dengan wanita yang telah berusia 18-25 tahun
akibat persalinan lama dan macet, perdarahan maupun faktor lain. (Pertiwi,
2003)
6.
Kehamilan yang tak dikehendaki, yang sering
kali menjurus kepada aborsi yang tidak aman dan komplikasinya
Kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja
sering kali berakhir dengan aborsi. Banyak survey yang telah dilakukan di
negara-negara berkembang menunjukkan bahwa hampir 60% kehamilan pada wanita
dibawah usia 20 tahun adalah kehamilan yang tidak diinginkan. Pada akhir tahun
1980 di Kanada, Inggris, Selandia Baru, dan Amerika Serikat Menunjukkan bahwa
50% lebih dari semua aborsi terjadi pada wanita di bawah usia 25 tahun. (Pertiwi, 2003)
Program
kesehatan reproduksi remaja merupakan upaya untuk membantu remaja agar memiliki
pengetahuan, kesadaran, sikap, dan perilaku kehidupan reproduksi sehat dan
bertanggung jawab, melalui advokasi, promosi, KIE, konseling dan pelayanan
kepada remaja yang memiliki permasalahan khusus serta dukungan pada kegiatan
remaja yang bersifat positif. Ada empat pendekatan yang dipakai dalam
penanganan masalah remaja yaitu institusi keluarga, kelompok sebaya (peer
group), institusi sekolah, dan tempat kerja. Kebijakan teknis program kesehatan
reproduksi remaja meliputi :
1.
Peningkatan
Promosi Kesehatan Reproduksi Remaja
Promosi Kesehatan reproduksi remaja
dimaksudkan agar tumbuh kondisi kondusif untuk meningkatkan pengetahuan, sikap,
dan perilaku kehidupan seksual yang bertanggung jawab dari para remaja.
2.
Peningkatan
Advokasi Kesehatan Reproduksi Remaja
Tujuan utama dari advokasi adalah untuk
menumbuhkan dukungan pada program kesehatan reproduksi remaja dari segenap
komponen dalam masyarakat seperti politisi, tokoh masyarakat, tokoh agama, dll.
Pada saat ini, belum seluruh komponen
masyarakat mengerti tentang manfaat program kesehatan reproduksi remaja,
sebagian kecil masyarakat menganggap bahwa upaya ini sama dengan pendidikan
seks. Sebagian kecil lainnya malah menganggap upaya ini sebagai salah satu
bentuk pornografi, yaitu justru akan mendorong remaja untuk bertingkah laku
negatif jika diberikan kepada mereka.
3.
Pengembangan
KIE Kesehatan Reproduksi Remaja
Tujuan utama KIE adalah agar terjadi
peningkatan pengetahuan di kalangan remaja dan orang tua tentang kesehatan
reproduksi. Diharapkan dengan peningkatan pengetahuan tersebut akan terjadi
perubahan sikap dan perilaku sehingga remaja menjadi lebih bertanggung jawab.
KIE dapat dilakukan dengan memanfaatkan
berbagai jalur mass media yang ada maupun kelompok-kelompok yang ada dalam
masyarakat. Disamping itu sekolah dan perusahaan juga dapat dimanfaatkan
sebagai wadah untuk melakukan KIE.
4.
Peningkatan
Kegiatan Konseling Kepada Remaja yang Membutuhkan
Pemberian informasi melalui KIE biasanya
bersifat umum dan terbuka. Dalam banyak kasus remaja juga memiliki masalah
kesehatan reproduksi yang bersifat pribadi dan tidak mungkin diungkapkan secara
terbuka.
Dalam konteks itulah konseling dibutuhkan.
karena itulah perlu dikembangkan pusat konseling bagi remaja. Pengembangan
pusat konseling diupayakan “Sedekat” mungkin dengan remaja.
5.
Peningkatan
Dukungan Pelayanan Bagi Remaja yang Memiliki Masalah Khusus
Tidak sedikit remaja yang memiliki masalah
khusus berkaitan dengan kesehatan reproduksi seperti kehamilan diluar nikah,
komplikasi sebagai akibat aborsi yang tidak aman, serta terjangkit penyakit
menular seksual. Untuk itu, perlu adanya layanan khusus agar kasus yang dialami
remaja tidak menjadi bertambah buruk atau bahkan sampai pada kasus kematian.
6.
Peningkatan
Dukungan Bagi Kegiatan Remaja yang Positif
Dukungan
terhadap kegiatan positif remaja memiliki 2 misi utama, yaitu :
a. Mendorong
remaja agar mereka memiliki kegiatan yang bersifat positif.
b. Mengintegrasikan
upaya kesehatan reproduksi remaja sesuai dengan minat yang mereka miliki.
Adapun
program dukungan bagi kegiatan remaja yang positif yaitu :
a. Memberikan
materi berkaitan dengan KRR, baik berupa buku, poster, kaset dan video yang
berisi tentang kesehatan reproduksi remaja.
b. Dukungan
penyelenggaraan kegiatan remaja baik di sekolah, dimasyarakat maupun di tempat
kerja.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mac
Mahon and Pugh (1970), Epidemiologi adalah Ilmu yang mempelajari penyebaran
penyakit dan faktor faktor yang menentukan terjadinya penyakit pada manusia.
Kesehatan
Reproduksi Remaja (KRR) adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem,
fungsi, dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja, yang tidak
sernata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat
secara mental serta sosial budaya.
1. Permasalahan
Kesehatan Reproduksi Remaja
a.
Perilaku Berisiko
b.
Kurangnya Akses Pelkes &
Kurangnya Informasi yang benar
c.
Banyaknya Akses Informasi
yang Salah tanpa Tapisan & Tindak Kekerasan Seksual seperti pemerkosaan,
pelecehan seksual dan transaksi seks komersial
d.
Masalah PMS termasuk
HIV/AIDS
e.
Kehamilan dan persalinan
usia muda yang berisiko kematian ibu dan bayi
f.
Kehamilan yang tak
dikehendaki, yang sering kali menjurus kepada aborsi yang tidak aman dan
komplikasinya
2. Kebijakan
Program Kesehatan Reproduksi Remaja
a.
Peningkatan Promosi
Kesehatan Reproduksi Remaja
b.
Peningkatan Advokasi
Kesehatan Reproduksi Remaja
c.
Pengembangan KIE Kesehatan
Reproduksi Remaja
d.
Peningkatan Kegiatan
Konseling Kepada Remaja yang Membutuhkan
e.
Peningkatan Dukungan
Pelayanan Bagi Remaja yang Memiliki Masalah Khusus
f.
Peningkatan Dukungan Bagi
Kegiatan Remaja yang Positif
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar