Selasa, 18 Juli 2017

PSIKOLOGI DISORIENTASI SEKSUAL



Oleh : Astrini Fajar Sari

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Disorientasi seksual hingga kini masih di perdebatkan dari banyak negara. Secara psikiatrik, kebanyakan psikiater khususnya di Indonesia berpendapat bahwa disorientasi seksual adalah salah satu bentuk perilaku seksual yang menyimpang.
Tidak ditemukan faktor tunggal penyebab terjadinya disorientasi seksual. Para ilmuan berpendapat bahwa disoreintasi seksual bersifat multifaktorial. Terjadinya disorientasi dapat terjadi karena berbagai faktor, yaitu faktor biologi, faktor psikologis, adanya pengaruh lingkungan yang tidak baik bagi perkembangan kematangan seksual yang normal dan faktor pola asuh (Soewandi, 2012). Luka batin atau pengalaman traumatik dari luar yang di dapat dari lingkungan, kemudian berdampak pada psikologis seseorang juga bisa menyebabkan seseorang memiliki disorientasi seksual.
Dari latar belakang diatas, kelompok 5 tertarik memahas mengenai psikologis disorientasi seksual. dimana akan membahas mengenai macam-macam disorientasi seksual dan ditijau dari segi psikologisnya.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian
1.      Istilah penyimpangan seksual (sexual deviation) sering disebut juga dengan abnormalitas seksual (sexual abnormality), ketidak wajaran seksual (sexual perversion), dan kejahatan seksual (sexual harassment).
2.      Penyimpangan seksual (deviasi seksual) bisa didefinisikan sebagai dorongan dan kepuasan seksual yang ditunjukan kepada obyek seksual secara tidak wajar. 
3.      Penyimpangan seksual kadang disertai dengan ketidakwajaran seksual, yaitu perilaku atau fantasi seksual yang diarahkan pada pencapaian orgasme lewat relasi diluar hubungan kelamin heteroseksual, dengan jenis kelamin yang sama, atau dengan partner yang belum dewasa, dan bertentangan dengan norma-norma tingkah laku seksual dalam masyarakat yang bisa diterima secara umum. (Junaedi, 2010)
4.      Penyimpangan seksual adalah aktivitas seksual yang ditempuh seseorang untuk mendapatkan kenikmatan seksual dengan tidak sewajarnya. Biasanya, cara yang digunakan oleh orang tersebut adalah menggunakan obyek seks yang tidak wajar. (Abdullah, 2008)
5.      Yang dimaksud penyimpangan seksual adalah pemenuhan nafsu biologis dengan cara dan bentuk yang menyimpang dari syariat, fitrah dan akal sehat. (Farhan, 2002)
6.      Penyimpangan seksual adalah aktivitas seksual yang ditempuh seseorang untuk mendapatkan kenikmatan seksual dengan tidak sewajarnya. Biasanya, cara yang digunakan oleh orang tersebut adalah menggunakan obyek seks yang tidak wajar. Penyebab terjadinya kelainan ini bersifat psikologis atau kejiwaan, yang di peroleh dari pengalaman sewaktu kecil, maupun dari lingkungan pergaulan, dan faktor genetik.
Ketidakwajaran seksual mencakup perilaku-perilaku seksual atau fantasi-fantasi seksual yang diarahkan pada pencapaian orgasme lewat relasi di luar hubungan kelamin heteroseksual, dengan jenis kelamin yang sama, atau dengan partner yang belum dewasa, dan bertentangan dengan norma-norma tingkah laku seksual dalam masyarakat yang bisa diterima secara umum.
B.     Macam-Macam Disorientasi Seksual
Gangguan-gangguan pada tingkah  laku seksual  yang  berlaku umum (tidak khusus remaja), menurut Sarwono Sarlito W, 2002, terdiri dari 4 kelompok besar yang masing-masing terdiri dari beberapa subkelompok yaitu sebagai berikut:
1.      Gangguan identitas jenis
Gambaran utama dari gangguan ini adalah ketidaksesuaian antara alat kelamin dengan identitas jenis yang terdapat pada diri seseorang. Jadi seorang yang beralat kelamin laki-laki merasa dirinya wanita, ataupun sebaliknya. Identitas jenis yang menyimpang ini dinyatakan dalam perbuatan (cara berpakaian, mainan kegemarannya), ucapan maupun objek seksualnya:
a.       Transeksualisme
Pada orang dewasa, gangguan identitas jenis ini dinamakan transeksualisme. Minat seksual kaum transeksual ini biasanya adalah yang sejenis kelamin (homoseksual, walaupun mereka tidak mau disebut sebagai homoseks), tetapi juga yang melaporkan pernah mengalami hubungan heteroseksual dan beberapa di antara mereka dilaporkan aseksual (tidak berminat pada seks).
b.      Gangguan identitas jenis masa kanak-kanak
Walaupun transeksualisme biasanya mulai timbul sejak masa kanak-kanak, akan tetapi ada gangguan jenis yang hanya terjadi pada masa kanak-kanak saja.
c.       Gangguan identitas jenis tidak khas
Yaitu tidak sepenuhnya menunjukkan tanda-tanda transeksualisme, akan tetapi ada perasaan-perasaan tertentu yang menolak struktur anatomi dirinya seperti merasa tidak mempunyai vagina atau vagina yang akan tumbuh menjadi penis (pada wanita), atau merasa tidak punya penis atau jijik pada penisnya sendiri (pada pria).
2.      Parafilia
Adalah gangguan seksual karena pada penderita seringkali menghayalkan perbuatan seksual yang tidak lazim, sehingga khayalan tersebut menjadi kekuatan yang mendorong penderita untuk mencoba dan melakukan aktivitas yang dikhayalkannya. Dapat dilihat dari tiga kategori:
a.       Dari cara penyaluran dorongan seksualnya:
1)      Masochisme
Mendapatkan kegairahan seksual melalui cara dihina, dipukul atau penderitaan lainnya.
2)      Sadisme
Mencapai kepuasan seksual dengan cara menimbulkan penderitaan psikologik atau fisik (bisa berakhibat cidera ringan sampai kematian) pada pasangan seksnya.
Sadisme seksual termasuk kelainan seksual. Dalam hal ini kepuasan seksual dapat diperoleh bila mereka melakukan hubungan seksual dengan terlebih dahulu menyakiti atau menyiksa pasangannya. Sedangkan masokisme seksual merupakan kebalikan dari sadisme seksual. Seseorang dengan sengaja membiarkan dirinya disakiti atau disiksa untuk memperoleh kepuasan seksual, bentuk penyimpangan seksual ini umumnya terjadi karena adanya disfungsi kepuasan seksual;
3)      Eksibitionisme
Mendapatkan kepuasan seks dengan memperlihatkan alat kelaminnya kepada orang lain.
Penderita ekshibisionisme akan memperoleh kepuasan seksualnya dengan memperlihatkan alat kelamin mereka kepada orang lain yang sesuai dengan kehendaknya. Bila korban terkejut, jijik dan menjerit ketakutan, ia akan semakin terangsang. Kondisi seperti ini biasanya diderita pria, dengan memperlihatkan alat kelaminnya yang dilanjutkan dengan masturbasi hingga ejakulasi, pada kasus penyimpangan seksual terdapat pula penderita tanpa rasa malu menunjukkan alat genitalnya kepada orang lain sekedar untuk menunjukkannya dengan rasa bangga;
4)      Scoptophilia
Mendapatkan kepuasan seks dari melihat aktivitas seksual.
5)      Voyeurisme
Istilah voyeurisme disebut  juga (scoptophilia) berasal dari bahasa prancis yakni vayeur yang artinya mengintip. Penderita kelainan ini akan memperoleh kepuasan seksual dengan cara mengintip atau melihat orang lain yang sedang telanjang, mandi atau bahkan berhubungan seksual. Setelah melakukan kegiatan mengintipnya, penderita tidak melakukan tindakan lebih lanjut terhadap korban yang diintip. Pelaku hanya mengintip atau melihat, tidak lebih. Ejakuasinya dilakukan dengan cara bermasturbasi setelah atau selama mengintip atau melihat korbannya. Dengan kata lain, kegiatan mengintip atau melihat tadi merupakan rangsangan seksual bagi penderita untuk memperoleh kepuasan seksual atau dengan kata lain mendapatkan kepuasan seks dengan melihat orang telanjang.
6)      Transvestisme
Mendapatkan kepuasan seks dengan memakai pakaian dari lawan jenisnya.
7)      Sodomi
Sodomi adalah penyimpangan seksual yang dialami oleh pria yang suka berhubungan seksual melalui organ anal atau dubur pasangan seksual baik pasangan sesama jenis (homo) maupun dengan pasangan perempuan;
Mendapatkan kepuasan seks dengan melakukan hubungan seksual melalui anus
8)      Seksualoralisme
Mendapatkan kepuasan seks dari aplikasi mulut pada genitilia partnernya.
b.      Dari orientasi atau sasaran seksual yang menyimpang
1)      Pedophilia
Yaitu kelainan seksual dimana individu yang telah dewasa memiliki orientasi pencapaian kepuasan seksual melalui cara hubungan fisik atau hubungan seks yang bersifat merangsang dengan anak-anak di bawah umur
Seseorang dewasa mendapat kepuasan  seks dari hubungan dengan anak-anak.
2)      Bestiality
Bestially adalah bentuk penyimpangan orientasi seksual individu dimana terdapat kejanggalan untuk mencapai kepuasan hubungan seksual dengan menggunakan hewan sebagai media penyalur dorongan atau rangsangan seksual. Pada kasus semacam ini penderita tidak memilki orientasi seksual terhadap manusia; Mendapatkan kepuasan seks dari hubungan dengan binatang
3)      Zoophilia
Mendapatkan kepuasan dengan melihat aktivitas seksual dari binatang.
Zoofilia adalah salah satu bentuk penyimpangan perilaku seksual dimana terdapat orang atau individu yang terangsang melihat hewan melakukan hubungan seks dengan hewan;
4)      Necriphilia
Bentuk kelainan seksual dimana individu penderita nechrophilia memiki orientasi kepuasan seksual melalui kontak fisik yang bersifat merangsang atau hubungan seksual dengan media partner jenasah atau orang yang telah wafat;
Mendapatkan kepuasan seks dengan melihat mayat, coitus dengan mayat.
5)      Pornography
Mendapatkan kepuasan seks dengan melihat gambar porno lebih terpenuhi dibandingkan dengan hubungan seksual yang normal.
6)      Fetishisme
Fatishi berarti sesuatu yang dipuja. Jadi pada penderita fetishisme, aktivitas seksualnya disalurkan melalui bermasturbasi dengan BH (breast holder), celana dalam, kaos kaki, atau benda lain yang dapat meningkatkan hasrat atau dorongan seksual. Sehingga, orang tersebut mengalami ejakulasi dan mendapatkan kepuasan. Namun, ada juga penderita yang meminta pasangannya untuk mengenakan benda-benda favoritnya, kemudian melakukan hubungan seksual yang sebenarnya dengan pasangannya tersebut dalam hal ini orientasi seksual diarahkan pada objek kebendaan di sekitar si penderita atau dengan kata lain pemenuhan dorongan seksual melalui pakaian dalam lawan jenis.
7)      Frottage
Yaitu suatu bentuk kelainan sexual di mana seorang individu laki-laki mendapatkan kepuasan seksual dengan cara menggesekkan atau menggosokkan alat kelaminnya ke tubuh perempuan di tempat publik atau umum;
Mendapatkan kepuasan seks dengan meraba orang yang disenangi dan biasanya orang tersebut tidak mengetahuinya.
8)      Incest
Adalah hubungan seks dengan sesama anggota keluarga sendiri non suami istri seperti antara ayah dan anak perempuan, ibu dengan anak laki-laki, saudara laki-laki dengan saudara perempuan sekandung, kategori incest sendiri sebenarnya cukup luas, di beberapa kebudayaan tertentu hubungan seksual yang dilakukan antara paman dan keponakan atau sepupu atau bahkan galur seketurunan (family) dapat dikategorikan sebagai perbuatan incest;
Hubungan seksual yang dilakukan antara dua orang yang masih satu darah.
9)      Mysophilia, coprophilia dan Urophilia
Senang pada kotoran, faeces dan urine.
10)  Masturbasi
Mendapatkan kepuasan seks dengan merangsang genitalnya sendiri.
11)  Geronthophilia
adalah suatu perilaku penyimpangan seksual dimana sang pelaku jatuh cinta dan mencari kepuasan seksual kepada orang yang sudah berusia lanjut kasus Gerontopilia mungkin jarang terdapat dalam masyarakat karena umumnya si penderita malu untuk berkonsultasi kepada pakar seksual, dan tidak jarang mereka adalah anggota masyarakat biasa yang juga memiliki keluarga serta dapat menjalankan tugas-tugas hidupnya secara normal;
c.       Dilihat dari tingkat penyimpangan, keinginan, dan kekuatan dorongan seksual  :
1)      Nymphomania
Seorang wanita yang mempunyai keinginan seks yang luar biasa atau yang harus terpenuhi tanpa melihat akibatnya.
2)      Satriasis
Keinginan seksual yang luar biasa dari seorang lelaki.
3)      Promiscuity dan prostitusi
Mengadakan hubungan seksual dengan banyak orang.
4)      Perkosaan
Mendapatkan kepuasan seksual dengan cara paksa.
3.      Disfungsi Psikoseksual
Gambaran utama dari Disfungsi Psikoseksual adalah terdapat hambatan pada perubahan psikofisiologik yang biasanya terjadi pada orang yang sedang bergairah seksual.
a.       Hambatan selera seksual
Sukar atau tidak bis timbul minat seksual sama sekali secara menetap dan meresap.
b.      Hambatan gairah seksual
1)      Pada laki-laki
Gagal sebagian atau seluruhnya untuk mencapai atau mempertahankan ereksi sampai akhir aktivitas seksual (impotensia).
2)      Pada wanita
Gagal sebagai atau seluruhnya untuk mencapai atau mempertahankan pelumasan dan pembengkakan vagina (yang merupakan respons gairah seksual wanita) sehingga akhir dari aktivitas seksual (frigiditas).
c.       Hambatan orgasme wanita
Berulang-ulang atau menetap tidak terjadi orgasme pada wanita setelah terjadi gairah seksual yang lazim selama aktivitas seksual.
d.      Hambatan orgasme pria
Berulang-ulang atau menetap tidak terjadi ejakulasi atau terlambat berejakulasi setelah terjadi fase gairah seksual yang lazim selama aktivitas seksual.
e.       Ejakulasi prematur
Secara berulang-ulang dan menetap terjadi ejakulasi sebelum dikehendaki karena tidak adanya pengendalian yang wajar terhadap ejakulasi selama aktivitas seksual.
f.       Dispareunia fungsional
Rasa nyeri yang berulang dan menetap pada alat kelamin sewaktu senggama, baik pada pria maupun wanita.
g.      Vagina fungsional
Ketegangan otot vagina yang tidak terkendali sehingga mengalami senggama.
4.      Ganguan seksual pada remaja
Seringkali dijumpai gangguan seksual pada masa remaja seperti ejakulasi dini atau impotensi, bisa juga dijumpai adanya hambatan selera seksual dan hambatan gairah seksual. Libido seksual yang rendah dan kecemasan yang berkaitan dengan seks seperti vaginismus. 
Namun sebagian dari gangguan tersebut belum bersifat permanen melainkan bersifat situasional dan belum bisa dikategorikan sebagai kelainan. Hal ini disebabkan kecemasan dan perasaan bersalah yang begitu kuat, sehingga bisa menghambat dorongan seksual karena status yang belum membolehkan untuk melakukan hubungan seksual.

Manusia senantiasa mengembangkan daya khayalnya untuk menciptakan variasi aktivitas demi mendapatkan kenikmatan seksual. Lia (2008) mengungkapkan bahwa dari sinilah timbul istilah kelainan seksual, meskipun ini bersifat subyektif, karena apa yang disebut kelainan bagi seseorang, bisa jadi merupakan kegiatan normal bagi yang lain.
1.      Ablutophilia
Ini adalah perasaan terangsang kalau memikirkan mandi dengan air hangat. Orang ini pasti mandinya lama.
2.      Acrotomophilia
Tergila-gila dengan amputasi. Bukannya orang ini senang diamputasi, tetapi ia bergairah kalau melihat tubuh manusia yang bagian tertentunya-misalnya kaki-sudah diamputasi.
3.      Amaurophilia
Punya kegemaran berhubungan seks dengan orang buta atau orang yang ditutup matanya.
4.      Anaclitism
Hubungan seks dimana salah satu pelakunya berpura-pura menjadi bayi dan diperlakukan seperti bayi juga.misalnya belajar pipis, mengenakan popok atau bermain boneka.
5.      Autagonistophilia
Orang ini juga senang pamer diri, tapi agak berbeda dengan exhibitionist yang terang-terangan, dia lebih suka menciptakan suasana yang memudahkan orang lain untuk melihatnya telanjang. Misalnya membiarkan tirai jendelanya terbuka dan ia akan berjalan-jalan dirumah sambil telanjang.
6.      Autoerotic Asphyxiation
Bahasa sederhananya mencekik dalam kegiatan seksual-biasanya onaniagar rasanya lebih nikmat.
7.      Autopederasty
Suatu obsesi yang biasanya timbul pada masa puber, untuk memasukkan penis ke dalam lubang pantat sendiri.
8.      Backswinging
Ini adalah anal seks yang dilakukan dengan posisi si obyek yang digarap tidur tengkurap.
9.      Bastinado
Bentuk penyiksaan dengan cara memukuli telapak kaki berulang-ulang untuk memperoleh kepuasan seksual.
10.  Belonephilia
Bisa berbahaya. Ini perasaan bergairah kalau melihat benda-benda kecil dan tajam seperti jarum.orang ini juga merasa terangsang kalau ditindik. Buat yang punya banyak piercing.
11.  Bestiality
Ini kegiatan berhubungan seks dengan binatang. Kegiatan ini konon sudah dilakukan sejak jaman romawi kuno. Mungkin karena pada waktu itu populasi manusia masih sedikit.
12.  BDSM
Singkatan dari Bondage and Discipline, Sadism and Masochism. Istilah ini berhubungan dengan permainan seks yang melibatkan ditimbulkannya rasa sakit untuk memperoleh kenikmatan.
13.  Bukkake
Kegiatan yang berasal dari Jepang. Intinya seorang wanita dikubur ditanah sampai sebatas kepalanya saja lalu beberapa orang mengelilinginya melakukan masturbasi bersama-sama dan menembakkan 'bisa'nya itu ke kepala si cewek.
14.  C&B Torture
Cara-cara penyiksaan terhadap penis dan dua teman bulatnya, yaitu digigit, dicubit, ditampar, ditarik sampai melar, disundut dan sebagainya.
15.  Candling
Aktivitas pemuas kebutuhan seksual dengan cara melelehkan lilin cair yang masih panas ke bagian-bagian tubuh tertentu.
16.  Catagelophilia
Mungkin orang yang menderita ini adalah orang yang humoris. Pasalnya, dia akan merasa terangsang kalau merasa dipermalukan.
17.  Crhemastitophilia
Penderita kelainan ini pasti merasa di surga kalau tinggal di Jakarta. Ini adalah perasaan terangsang yang dirasakan orang kalau dirampok.
18.  Clot
Kegemaran mengintip wanita melakukan hal-hal yang berhubungan dengan menstruasi, misalnya wanita memasang pembalut ke vaginanya atau mencopotnya.
19.  Coprophilia
Merasakan kenikmatan seksual dengan bermain-main dengan kotorantinja maksudnya.
20.  Coprophagia
Hampir sama dengan yang di atas. Sama-sama menyukai kotoran, tapi yang ini merasa puas kalau memakannya.
21.  Cutting
Sesuai namanya, ini kegiatan menyanyat kulit untuk mendapatkan kepuasan seksual.
22.  Dacryphilia
Carilah pasangan yang cengeng, ini kepuasan seksual yang dirasakan penderitanya kalau melihat pasangannya berlinang air mata.
23.  Daisy Chaining
Sekumpulan laki-laki berkumpul membentuk semacam lingkaran dan saling memasturbasi satu sama lainnya.
24.  Dogging
Disebut juga park and ride. Ini kegiatan bercinta dalam mobil di tempat parkir yang terpencil dengan ditonton orang yang mengelilingi mobil itu.
25.  Douching
Berasal dari bahasa Perancis douche. ini berarti menyemprotkan air ke dalam vagina untuk memperoleh kenikmatan seksual.
26.  Electrophilia
Sesuai namanya, dia terangsang kalau mendapatkan kejutan listrik.
27.  Exhibitionism
Perasaan puas yang timbul kalau memamerkan organ seksualnya atau melakukan aktivitas seksual di muka umum, seperti yang sering ditunjukkan pasangan baru.
28.  Fisting
Memasukkan seluruh bagian tangan ke lubang pasangannya, umumnya vagina, tapi bisa gunakan imajinasi untuk lubang yang lain.
29.  Flashing
Penggemarnya suka memamerkan alatnya (bisa cowok, bisa wanita) didepan umum, mirip exhibitionist, tapi barangnya itu hanya dikeluarkan sekilas.
30.  Frottage
Ini sering dilakukan oleh para lelaki yang sering naik kereta api dalam kota ataupun bus yang penuh sesak. Orang ini mendapatkan kepuasan dengan menggesek-gesekkan anunya ke obyek terdekat, bukan bangku, tapi ke wanita-wanita.
31.  Urtling
Kegiatan menghidupkan tokoh di majalah anda. Pada gambar cewek yang ada di majalah atau foto dilubangi pas di selangkangannya atau dibagian lain sesuai selera, lalu si pelaku akan memasukkan anunya ke lubang guntingan itu dan bermasturbasi dengannya.
32.  Gynotikolobomassophilia
Orang ini mempunyai kegemaran seksual memasukkan anunya kedalam telinga pasangannya, cukup tidak cukup.
33.  Humming
Ini variasi oral sex, dimana si wanita mengoral sambil menyenandungkan lagu favoritnya. Yang dicari adalah sensasi vibrasi pada nada-nada rendah yang ngebass.
34.  Hybristhopilia
Kepuasan yang diperoleh setelah melampiaskan amarah, misalnya dengan memaki-maki atau bersumpah serapah.
35.  Keraunophilia
Hati-hati kalau sedang berteduh di halte bus sewaktu hujan deras kalau ada yang mengidap kelainan ini, artinya kepuasan setelah setelah mendengar suara gemuruh kilat.
36.  Klismaphilia
Kenikmatan seksual yang diperoleh dengan cara memasukkan cairan pencuci perut melalui anus.
37.  Knismolagnia
Perasaan terangsang kalau digelitiki sampai kegelian.
38.  Maiesiophilia
Penderitanya merasa bergairah kalau melihat wanita hamil.
39.  Narratophilia
Kalau punya pasangan seperti ini anda perlu mengoleksi stensilan yang banyak. Dia merasa terangsang kalau diceritakan kisah-kisah jorok oleh pasangannya.
40.  Necrophilia
Ini dia, aktivitas menyetubuhi mayat. Konon ini sudah dilakukan oleh orang-orang mesir kuno. Dalam beberapa kasus, mereka tidak memperbolehkan pembalsem mendekati mayat seseorang yang baru meninggal selama beberapa hari.
41.  Ophidicism
Kalau ini agak repot, mesti pergi dulu ke pet shop. Ini kegiatan seks dengan memanfaatkan jasa reptil. Misalnya ular tak berbisa atau juga bisa belut.
42.  Prison Humping
Ini bisa diterjemahkan menjadi bercinta ala tahanan di penjara. Ini kegiatan anal seks tanpa menggunakan minyak pelumas, mungkin bisa pakai ludah sedikit.
43.  Ripping
Terangsang kalau merobek celana atau stocking perempuan.
44.  Snowballing
Kalau si wanita masih mengulum sperma pasangannya (setelah oral) lalu mereka berciuman dan dia memindahkan cairan itu ke mulut pasangannya itu.
45.  Stigmatophilia
Sedikit beda dengan clot. Kalau yang ini merasa terangsang kalau melihat darah yang keluar akibat menstruasi.
46.  Tea Bagging
Artinya teh celup. Mencelupkan scrotum atau "kantung teh" anda ke mulut pasangan anda berulang-ulang.
47.  Transvestic Fetishism
Laki-laki yang senang mengenakan pakaian perempuan. Bukan untuk mode, tapi untuk kepuasan seksual.
48.  Utassassinophilia
Seseorang merasakan kepuasan seksual kalau dia melakukannya sambil dia berkhayal bahwa dia sedang berada dalam situasi berbahaya yang bisa membuatnya tewas.
49.  Voyeurism
Perasaan terangsang yang didapat dari mengintip cewek telanjang atau pasangan yang sedang berhubungan seks.
50.  Water Sports
Mandi, minum ataupun bermain air seni pasangannya untuk mendapatkan kepuasan seksual.

C.    Tinjauan Psikologi Terhadap Disorientasi Seksual
Menurut Sigmund Freud, komponen-komponen psikis dapat digolongkan kedalam tiga golongan yaitu libido, struktur kejiwaan dan struktur kepribadian. Berkaitan dengan unsur seksual sangat dipengaruhi oleh adanya suatu energi vital yang dinamakan libido. Pengertian libido itu sendiri adalah energi vital yang sepenuhnya bersifat kejiwaan dan tidak bisa dicampurkan dengan energy-energi fisik yang bersumber pada kebutuhan-kebutuhan biologis, libido bersumber pada seks.
Freud mengemukakan bahwa manusia terlahir dengan sejumlah insting (naluri). Insting-insting itu dapat digolongkan dalam dua jenis, yaitu insting hidup (life instinct) dan insting mati (death instinct). Insting hidup adalah naluri untuk mempertahankan hidup dan keturunan, sedangkan insting mati adalah naluri yang menyatakan bahwa pada suatu saat seseorang itu akan mati. Mengenai insting hidup jelas dinyatakan sebagai insting seksual dan energi-energi yang berasal dari insting seksual inilah yang disebutnya sebagai libido atau dapat diartikan sebagai insting seksual.
Insting-insting seksual mula-mula memang berkaitan erat dengan bagian-bagian tubuh tertentu, yaitu bagian-bagian tubuh yang dapat menimbulkan kepuasan seksual. Bagian-bagian tubuh itu disebut daerah-daerah erogen (erogenous zones), yaitu mulut, anus (pelepasan), dan alat kelamin. Namun, dengan berkembangnya sistem kejiwaan manusia, rasa puas atau ketegangan-ketegangan (tension) yang berasal dari daerah-daerah erogen ini lama-kelamaan terlepas dari kaitannya dengan tubuh dan menjadi dorongan-dorongan yang berdiri sendiri sendiri.69 Sifat, kekuatan, dan cara penyaluran dari libido pada masa anak-anak sangat menentukan kehidupan kejiwaan dan kepribadian orang yang bersangkutan, oleh karena itu masa anak-anak dipandang sebagai masa kritis yang penting sekali artinya.
Dalam tahapan perkembangan psikoseksual individu sendiri dibagi ke dalam dua alur besar, dimana alur besar yang pertama disebut tingkat pragenital yang terdiri dari tingkat oral, anal dan falik. Sedangkan alur besar yang kedua terbagi kedalam tingkat laten dan tingkat genital. Selanjutnya akan dijelaskan sebagai berikut :
1.      Tingkat Oral, pada tahapan ini berlangsung pada usia bayi satu hari hingga satu tahun. Dalam fase ini pusat kenikmatan bersumber pada daerah tubuh sekitar mulut;
2.      Tingkat Anal, terjadi pada usia satu tahun hingga empat tahun, perkembangan psikoseksual pada masa ini dibagi menjadi dua tahap yaitu, tahap anal eksklusif, di mana anak mendapatkan kepuasan seksual dari proses buang air besar, sedangkan tahap selanjutnya disebut tahap anal alternatif di mana anak mendapatkan kepuasan seksual dengan menahan tinja dalam perut;
3.      Tingkat Falik, terjadi pada usia empat sampai dengan enam tahun inti dari perkembangan psikoseksual pada masa ini adalah kompleks oedipoes. Kompleks oedipoes berarti cinta seorang anak laki-laki kepada ibunya atau cinta seorang anak perempuan kepada ayahnya. Disamping itu, tanda-tanda pada periode ini antara lain, meningkatnya kegiatan masturbasi, meningkatnya keinginan untuk bersentuhan tubuh dengan anggota keluarga yang berlawanan jenis, dan meningkatnya kecenderungan ekshibionis;
4.      Tingkat laten, adalah masa konsolidasi dalam perkembangan psikoseksual. Tidak ada perkembangan atau pertumbuhan baru. Mekanisme-mekanisme pertahanan seksual yang suadah ada dimanfaatkan untuk penyesuaian diri terhadap lingkungan, tetapi tidak ada mekanisme-mekanisme baru yang dibentuk;
5.      Tingkat genital, adalah penghubung antara masa anak-anak dan dewasa. Ada tiga tahapan pada tahap ini yaitu, tahap prapuber ditandai dengan meningkatnya kembali dorongan libido, tahap puber yaitu ditandai dengan pertumbuhan fisik, khususnya tanda-tanda seksual sekunder dan kemampuan organik (ereksi), selanjutnya adalah tahap adaptasi di mana remaja bersangkutan menyesuaikan diri terhadap dorongan-dorongan seksual dan perubahan-perubahan kondisi fisik yang tiba-tiba mengarah pada bentuk kematangan fisik ke arah tahap individu dewasa;
Disamping adanya faktor genetik yang menyebabkan terjadinya penyimpangan orientasi seksual, juga dapat terjadi pada fase perkembangan psikoseksual manusia yang memungkinkan terjadinya tindakan disasosiatif dalam perkembangannya seperi orientasi seksual dalam bentuk disorientasi seksual.
Permasalahan disorientasi seksual dikategorikan sebagai perilaku abnormal. Istilah ini di pakai dengan menunjuk kepada aspek batiniah kepribadian, aspek perilaku sepesifik tertentu yang bisa diamati. Secara terjemahan umum dapat diartikan sebagai gangguan mental dan dalam konteks yang lebih luas sama artinya dengan perilaku maladatif..
Banyak  penelitian telah diteruskan seputar penjelasan mengapa ada individu mengalami disorientasi seksual, keadaan ini tetap mengidentifikasikan bahwa disorientasi seksual masih perlu di perjelas alasannya. Secara kebutuhan, istilah homoseksual itu problematis diasosiasikan dengan stereotif negatif dan gagasan bahwa kaum gay dan lesbian sudah menjadi istilah internasional untuk studi psikologi yang membicarakan permasalahan gay dan lesbian.
British psychlogical society, mempelajari permasalahan homoseksualitas seperti gay dan lesbian dengan tujuan memperbaiki pemahaman psikologi masyarakat dan menggunakan psikologi untuk meningkatkan kehidupan kaum gay dan lesbian. Pada tataran praktis, ahli psikologi berusaha untuk menjelaskan dan mengatasi permasalahan homoseksualitas dengan cara mengatasi homophobia yaitu, kecenderungan untuk bereaksi negatif terhadap kaum gay dan lesbian.
Secara tersistematis psikologi memberikan perspektif terhadap penyebab mengapa individu diakibatkan oleh faktor lingkungan mengalami kecenderungan untuk berprilaku seksual menyimpang sebagai berikut :
1.      Pengaruh lingkungan di sekitar individu menimbulkan situasi sosial yang sangat berpengaruh terhadap orientasi kejiwaan individu;
2.      Pengalaman seksual menyimpang yang didapatkan oleh individu dalam masa pertumbuhannya, seperti penganiayaan skunder berupa pemerkosaan sejenis;
3.      Pengaruh homophobia dalam bentuk interaksi dengan faktor-faktor yang berkaitan dengan lingkup homoseksualitas seperti dalam bentuk video porno homoseksual;
4.      Kondisi kehidupan individu yang terpisah dari lawan jenis seksualnya;
5.      Kondisi genetik individu;
Psikologi gay dan lesbian sudah berjalan cukup lama sejak homoseksualitas masih dianggap sebagai gangguan mental. Salah satu alasan mengapa pergeseran ini terjadi karena psikologi lebih menekankan pada faktor-faktor sosial daripada faktor-faktor individual sehingga terbuka peluang untuk meneliti sebuah bidang tanpa memberikan stigma pada individu-individu terkait.
Hasil penelitian dari Sumadi, Suriadi, and Kirana (2013)  menemukan 6 tema utama yang berkaitan tentang pengalaman traumatik dan komunikasi keluarga tidak efektif dalam pembentukan pribadi penyimpangan seksual. Tema-tema tersebut adalah :
1.      Pengalaman traumatik
Ditemukan adanya pengalaman traumatik pada remaja lesbian berupa pengalaman traumatik saat menjalani hubungan heteroseksual dan pengalaman traumatik mengalami kekerasan rumah tangga. Pengalaman hubungan heteroseksual yang di temukan berupa mendapat perlakuan kasar, di selingkuhi dan selalu patah hati. Dari ketiga pengalaman traumatik tersebut menimbulkan respon psikologis pada partisipan, yaitu berupa rasa kecewa, dendam, hingga jera untuk menjalin hubungan heteroseksual kembali. Dampak berkepanjangan ini tentu saja akan mempengaruhi pada proses tumbuh kembang pada remaja dalam mencapai identitas dirinya.
2.      Komunikasi keluarga tidak efektif
Keluarga sangat berperan penting dalam proses kehidupan anak, khusunya proses sosialisasi anak diluar rumah. Apa yang ia peroleh di dalam rumah, kemudian diinterpretasikan melalui tindakan saat berada diluar rumah. Hal ini menjadi pemicu terjadinya kegiatan-kegiatan yang dapat memicu terjadinya kenakalan, khusunya dalam proses bergaul lesbian yang berasal dari keluarga yang kurang harmonis, sebab mendapat kasih sayang yang terbatas. Dengan demikian, jika peran keluarga terhadap fungsi sosialisasi anak berjalan dengan baik, maka besar kemungkinan anak akan membentuk kepribadian yang baik dan cenderung tidak akan terbentuk pribadi penyimpangan seksual lesbian.
3.      Dampak broken home
Dampak broken home, pada penelitian ini di temukan tiga masalah yang berarti pada remaja lesbian yaitu academic problem, behavioural problem dan sexual problem. Pada academic problem, semua partisipan mengalami penurunan motivasi belajar berupa malas belajar. Lima dari enam partisipan mengalami putus sekolah dan empat dari enam partisipan tidak bersemangat untuk berprestasi.
Asfriyanti (2003) mengemukakan dampak yang muncul dari seseorang yang mengalami broken home berupa academic problem, behavioral problem, sexual problem dan spiritual problem.
Dampak broken home juga mempengaruhi perkembangan emosi, perkembangan sosial, perkembangan kepribadian dan gangguan kejiwaan. Di lihat dari perkembangan emosi, remaja lesbian dengan broken home akan menunjukkan sikap gampang sekali marah, menjadi pemurung dan mencari perhatian orang tua dengan melakukan kenakalan-kenakalan.
4.      Pembentukan pribadi penyimpangan seksual lesbian
Pada pembentukan pribadi penyimpangan seksual lesbian dalam penelitian ini terbagi menjadi dua kategori yaitu tahap-tahap pembentukannya dan konflik psikis yang terjadi setelah terbentuknya pribadi penyimpangan lesbian. Soetjiningsih (2004) mengemukakan tahap-tahap pembentukan identitas seksual lesbian terdiri dari tahap sensitasi, kebingungan identitas (identitas confusdion), asumsi identitas (identity assumption) dan komitmen (commitment). Pada penelitian ini terlihat jelas terjadinya pembentukan pribadi penyimpangan seksual pada partisipan, yaitu terdiri dari tahap kebingungan identitas, asumsi identitas dan komitmen pada partisipan.
Pada tahap kebingungan identitas, lima dari enam remaja lesbian mengungkapkan ada rasa bingung pada diri mereka saat menyadari suka sesama jenis, namun tidak di temukan adanya rasa penolakan dan sikap menghindar dari perasaan lesbian yang di rasakan. Hurlock (2007) menyatakan salah satu masalah yang terjadi pada tahap perkembangan dewasa awal adalah penentuan identitas diri yang ideal vs kekaburan identitas. Yang kita ketahui, dewasa awal merupakan lanjutan dari masa remaja dan pada tahap ini lah, penemuan identitas diri yang ideal harus di temukan oleh remaja. Jika masa ini bermasalah, kemungkinan individu akan mengalami kekaburan identitas. Dan dengan demikian bisa di ambil kesimpulan bahwa pada tahap ini, remaja lesbian mengalami kekaburan identitas, dari hubungan yang harusnya heteroseksual kini menjadi kabur akibat rasa homoseksual yang di miliki dan di jalaninya.
Pada tahap asumsi identitas, remaja mulai menerima dirinya sebagai lesbian. Seluruh partisipan sadar betul dengan orientasi seksual lesbian yang di milikinya. Seluruh partisipan juga mempunyai teman dengan perilaku penyimpangan seksual yang sama dan biasanya bergaul mengelompok dengan teman-teman lesbiannya dan pada tahap ini juga mereka melakukan pengungkapan identitas lesbian yang di miliki. Pengungkapan identitas ini di lakukan baik pada teman dekat, keluarga hingga ke jejaring sosial seperti facebook. Hurlock (2007) mengungkapkan, pada tahap perkembagannya, remaja memperoleh kelompok sosial yang seirama dengan nilai-nilai pahamnya. Dalam hal ini, asumsi identitas membentuk remaja lesbian membentuk kelompok sosial yang seirama yang di anutnya, yaitu kelompok lesbian.
Pada tahap komitmen, di temukan seluruh partisipan mengaku enjoy menjalani identitas lesbian yang di milikinya. Ketika di tanya mengenai ada nya keinginan untuk kembali normal pada remaja lesbian ini, di temukan dua jawaban yang berbeda berdasarkan orientasi seksual lesbian yang sedang di jalani. Yaitu remaja lesbian orientasi seksual femm mengungkapkan ada rasa ingin berubah, tapi tidak sekarang. Sedangkan pada remaja lesbian orientasi seksual butchy mengungkapkan tidak mau berubah dari identitas lesbian.
Selanjutnya, pada pembentukan pribadi penyimpangan seksual lesbian ini biasanya terjadi konflik psikis yang di rasakan oleh partisipan. Konflik psikis ini antara lain ada atau tidaknya rasa terganggu terhadap identitas lesbian, ada atau tidaknya desakan/ dorongan untuk mengubah orientasi seksualnya. Konflik psikis ini nantinya akan membedakan type lesbian seperti yang di kemukakan oleh Soetjiningsih (2004) yaitu lesbian terbagi menjadi dua berdasarkan konflik psikisnya, yaitu lesbian egosistonik (sinkron dengan egonya) atau lesbian egodistonik (tidak singkron dengan egonya). Semua partisipan pada penelitian ini mengungkapkan tidak mengeluh terganggu dengan identitas lesbian yang di milikinya dan tidak mendambakan hubungan heteroseksual. Oleh sebab itu dapat di tarik kesimpulan bahwa ke-enam partisipan dalam penelitian ini termasuk dalam lesbian type lesbian egosistonik, yaitu sesuai dengan egonya.
5.      Faktor penyebab lesbian
Faktor yang kuat penyebab seseorang menjadi lesbian pada penelitian ini adalah pengalaman traumatik, komunikasi keluarga tidak efektif dan pergaulan atau interaksi teman sebaya. Seperti yang telah di lakukan pembahasan sebelumnya, jelaslah bahwa pengalaman traumatik saat menjalani hubungan heteroseksual dan/ atau pengalaman traumatik mengalami kekerasan rumah tangga serta komunikasi keluarga tidak efektif berupa pertengkaran orang tua di depan anak, perceraian, peran keluarga tidak berjalan dengan baik dan kurangnya nilai spiritual pada tiap anggota keluarga bisa menyebabkan seseorang tumbuh menjadi lesbian.
Untuk faktor pergaulan atau interaksi teman sebaya, di temukan bahwa seseorang yang bergaul dengan orang-orang yang berperilaku menyimpang, maka lambat laun akan mengakibatkan dirinya ikut dalam arus penyimpangan itu sendiri. Dengan kata lain, untuk pergaulan disini di temukan bahwa remaja perempuan normal jika sering berkumpul dengan komunitas lesbian bisa menjadi lesbian juga, apalagi dengan remaja perempuan yang memiliki latar belakang traumatik kekerasan semasa kecil dan/atau pengalaman traumatik hubungan heteroseksual. temuan ini di dukung oleh Edwin H. Sutherland, dalam teorinya yang dinamani Asosiasi Differensial atau biasa disebut dengan teori belajar atau teori sosialisasi, menyebutkan bahwa penyimpangan adalah konsekuensi dari kemahiran dan penguasaan atas sikap atau tindakan yang dipelajari dari norma-norma yang menyimpang, terutama dari subkultural atau diantara teman-teman sebaya yang menyimpang. Perilaku menyimpang adalah hasil dari proses belajar atau yang dipelajari (M. Elly dan Usman, 2011).
Freud juga mengungkapkan penyimpangan seksual adalah aktivitas seksual yang ditempuh seseorang untuk mendapatkan kenikmatan seksual dengan tidak sewajarnya. Salah satunya yaitu dengan menggunakan obyek seks yang tidak wajar dan hubungan sesama jenis.
Penyebabnya bersifat psikologis atau kejiwaan, seperti pengalaman individu semasa kecilnya dan/atau lingkungan pergaulannya. (George Boeree, 2008).
Penelitian lain yang mendukung temuan ini adalah penelitian Faktor dan Cara Gaya Hidup serta Kemungkinan Kembali Pulih dalam Kalangan Lesbian Malaysia, yang mengungkapkan faktor keluarga yang bermasalah turut menyumbang kepada fenomena ini. Keluarga yang selalu bergaduh, ibu atau ayah yang meninggal dunia dan orang tua yang mementingkan pekerjaan menyebabkan remaja lesbian kurang mendapat perhatian dan kasih sayang. Hal yang sedemikian menyebabkan remaja lesbian ini terjebak apabila mereka mulai mencari kawan untuk mendapatkan perhatian dan malangnya mereka malah salah memilih kawan (Ahmad, 2012).
6.      interaksi kaum lesbian di Pontianak.
Soetjiningsih (2004) mengungkapkan bahwa kelompok lesbian memiliki saluran dan media komunikasi yang bermacam-macam tergantung pada tingkat sosial dan ekonominya. Ada yang menggunakan taman kota, jalanan, tempat-tempat terbuka, cafe, mall bahkan diskotik dan hotel untuk mencari kontak dengan pasangannya. Dalam penelitian ini di temukan bahwa sosio ekonomi kaum lesbian di Pontianak sendiri bisa di katakan berasal dari kaum menengah hingga ke-atas di lihat dari tempat berkumpulnya yaitu di café-café dan di clubbing dan di lihat dari penggunaan media komunikasi nya berupa internet dan jejaring sosial dalam berinteraksi sesama komunitasnya.
Pada dasarnya, aktifitas yang biasa di lakukan oleh kaum lesbian sama dengan kaum heteroseksual. Mereka terdiri dari berbagai profesi yang melakukan aktifitas harian sesuai dengan profesi mereka masing-masing. Hal yang biasa di lakukan ketika bersama dalam komunitas, hampir sama juga dengan kaum heteroseksual berupa berkumpul, berbagi cerita, bersenda gurau dan lain sebagainya. Namun di temukan pula satu dari enam partisipan yang mengungkapkan adanya aktifitas seksual yang terjadi antar sesama mereka. Ini menyatakan bahwa aktifitas seksual memang terjadi di antara kaum penyimpangan seksual. Sebagaimana yang di katakan Soetjiningsih (2004) yang mana pada tahap pembentukan identitas lesbian, kemungkinan besar mereka melakukan hubungan intim.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan

Menurut Sigmund Freud, komponen-komponen psikis dapat digolongkan kedalam tiga golongan yaitu libido, struktur kejiwaan dan struktur kepribadian. Berkaitan dengan unsur seksual sangat dipengaruhi oleh adanya suatu energi vital yang dinamakan libido. Pengertian libido itu sendiri adalah energi vital yang sepenuhnya bersifat kejiwaan dan tidak bisa dicampurkan dengan energy-energi fisik yang bersumber pada kebutuhan-kebutuhan biologis, libido bersumber pada seks.
Freud mengemukakan bahwa manusia terlahir dengan sejumlah insting (naluri). Insting-insting itu dapat digolongkan dalam dua jenis, yaitu insting hidup (life instinct) dan insting mati (death instinct). Insting hidup adalah naluri untuk mempertahankan hidup dan keturunan, sedangkan insting mati adalah naluri yang menyatakan bahwa pada suatu saat seseorang itu akan mati. Mengenai insting hidup jelas dinyatakan sebagai insting seksual dan energi-energi yang berasal dari insting seksual inilah yang disebutnya sebagai libido atau dapat diartikan sebagai insting seksual.
Insting-insting seksual mula-mula memang berkaitan erat dengan bagian-bagian tubuh tertentu, yaitu bagian-bagian tubuh yang dapat menimbulkan kepuasan seksual. Bagian-bagian tubuh itu disebut daerah-daerah erogen (erogenous zones), yaitu mulut, anus (pelepasan), dan alat kelamin. Namun, dengan berkembangnya sistem kejiwaan manusia, rasa puas atau ketegangan-ketegangan (tension) yang berasal dari daerah-daerah erogen ini lama-kelamaan terlepas dari kaitannya dengan tubuh dan menjadi dorongan-dorongan yang berdiri sendiri sendiri.69 Sifat, kekuatan, dan cara penyaluran dari libido pada masa anak-anak sangat menentukan kehidupan kejiwaan dan kepribadian orang yang bersangkutan, oleh karena itu masa anak-anak dipandang sebagai masa kritis yang penting sekali artinya.


DAFTAR PUSTAKA
Abdullah. 2008. Penyimpangan Seksual. http://www.diffy.com/cmm/artikel definisi.penyimpangan1.html. Diakses tanggal: 11-07-2010. Jam: 13.32 WIB
Arief, Kushartati. 2001. Remaja dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Depdiknas.
Dianawati, Ajen. 2006. Pendidikan Seks Untuk Remaja. Jakarta: Kawan Pustaka.
Junaedi, Didi. 2010. 17+ Seks Menyimpang. Jakarta: Semesta Rakyat Merdeka.
Mahmud, Farhan. 2002. Penyimpangan Seksual. www.google.com /seksmenyimpang. Diakses tanggal: 09-07-2010. Jam: 19.13 WIB
Pratiwi. 2004. Pendidikan Seks Untuk Remaja. Yogyakarta: Tugu Publisher.
Rahmad, S. 2010. Informasi Kesehatan Reproduksi Remaja BKKBN. http://bkkbn.go.id. diaksers tanggal: 24-06-2010. Jam: 08.28 WIB
Sarwono, Sarlito. 2002. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Singgih, Gunarsa. 2004. Psikologi Untuk Muda-Mudi. Jakarta: IKAPI
Soetjiningsih. 2007. Tumbuh Kembang Remaja Dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto.
Willis, Sofyan. 2005. Remaja Dan Permasalahannya. Bandung: Alfabeta.


Tidak ada komentar: