Oleh : Astrini Fajar Sari
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Penyakit
kardiovaskuler merupakan penyebab kematian nomor satu tiap tahunnya pada
Penyakit Tidak Menular (PTM). Penyakit kardiovaskuler adalah penyakit yang
disebabkan gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah, seperti : Penyakit
Jantung Koroner, Penyakit Gagal jantung atau Payah Jantung, Hipertensi dan
Stroke.
Pada
tahun 2008 diperkirakan sebanyak 17,3 juta kematian disebabkan oleh penyakit
kardiovaskuler. Lebih dari 3 juta kematian tersebut terjadi sebelum usia 60
tahun dan seharusnya dapat dicegah. Kematian “dini” yang disebabkan oleh
penyakit jantung terjadi berkisar sebesar 4% di negara berpenghasilan tinggi
sampai dengan 42% terjadi di negara berpenghasilan rendah.
Komplikasi
hipertensi menyebabkan sekitar 9,4 kematian di seluruh dunia setiap tahunnya.
Hipertensi menyebabkan setidaknya 45% kematian karena penyakit jantung dan 51%
kematian karena penyakit stroke. Kematian yang disebabkan oleh penyakit
kardiovaskuler, terutama penyakit jantung koroner dan stroke diperkirakan akan
terus meningkat mencapai 23,3 juta kematian pada tahun 2030. (TIM, 2014)
Kematian
akibat penyakit kardiovaskular ini termasuk didalamnya kematian ibu hamil
dengan penyakit kardiovaskuler. Sekitar
0,2-4% kehamilan di negara maju disertai komplikasi penyakit kardiovaskular.
Penyakit kardiovaskular ini merupakan penyebab tingginya angka kematian
maternal selama masa kehamilan terutama di negara maju. (Simahendra, 2013)
Salah satu penyakit kardiovaskular
pada kehamilan yang ditemui yaitu Hypertension Heart Disease (HHD) atau
Penyakit Jantung Hipertensi. Menurut Pickering yang
dikutip dalam jurnal Waty and Hasan (2013)
Hipertensi berperan besar dalam perkembangan penyakit jantung yang merupakan
penyebab utama kematian di seluruh dunia. Perkembangan hipertensi umumnya
diawali dengan hipertrofi ventrikel kiri sehingga menyebabkan penyakit jantung
hipertensi. Keadaan ini pada akhirnya akan meningkatkan kerja jantung dan
menyebabkan gagal jantung kongestif.
Prevalensi
hipertensi di Indonesia berkisar antara 5-10% sedangkan tercatat pada tahun
1978 proporsi penyakit jantung hipertensi sekitar 14.3 % dan meningkat menjadi
sekitar 39% pada tahun 1985 sebagai penyebab penyakit jantung di Indonesia. Sejumlah
85-90% hipertensi tidak diketahui penyebabnya atau disebut sebagai hipertensi primer
(hipertensi esensial atau hipertensi idopatik).
Wanita
hamil dengan penyakit jantung hipertensi akan beresiko terjadinya gangguan
perkembangan pada janin karena terjadi penurunan cardiac output sehingga tranfer oksigen ke janin berkurang. (Handayani, 2013 ). Oleh
karena itu, makalah
ini akan membahas mengenai penyakit jantung pada kehamilan khusus nya membahas
mengenai “Hypertension Heart Disease (HHD)”.
B.
Tujuan
Makalah
ini bertujuan untuk mengetahui tentang Penyakit Jantung pada Kehamilan
khususnya Hypertension Heart Disease (HHD) pada kehamilan.
C.
Rumusan Masalah
1. Definisi Hypertension Heart Disease
(HHD)
2. Etiologi Hypertension Heart Disease
(HHD)
3. Patofisiologi Hypertension Heart
Disease (HHD)
4. Manifestasi Klinik Heart Disease (HHD)
5. Diagnosis Hypertension Heart Disease
(HHD)
6. Penatalaksanaan Hypertension Heart
Disease (HHD)
7. Hypertension Heart Disease (HHD) pada
Kehamilan
8. Akibat Hypertension Heart Disease
(HHD) pada janin
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Hypertension Heart Disease
(HHD)
Penyakit
jantung hipertensi adalah suatu penyakit yang berkaitan dengan dampak sekunder
pada jantung karena hipertensi sistemik yang lama dan berkepanjangan. Sampai
saat ini prevalensi hipertensi di Indonesia berkisar antara 5-10%. Sejumlah
85-90% hipertensi tidak diketahui penyebabnya atau disebut sebagai hipertensi
primer (hipertensi esensial atau idiopatik). Hanya sebagian kecil hipertensi
yang dapatditetapkan penyebabnya (hipertensi sekunder). (Handayani, 2013 )
Hipertensi
heart disease (HHD) adalah istilah yang diterapkan untuk menyebutkan penyakit
jantung secara keseluruhan, mulai dari left ventricle hyperthrophy (LVH),
aritmia jantung, penyakit jantung koroner, dan penyakit jantung kronis, yang
disebabkan kerana peningkatan tekanan darah, baik secara langsung maupun tidak
langsung. (Zulkipli, 2009)
Penyakit jantung hipertensi adalah suatu penyakit yang berkaitan dengan
dampak sekunder pada jantung karena hipertensi sistemik yang lama dan
berkepanjangan.
Penyakit jantung hipertensi merujuk kepada suatu keadaan yang disebabkan
oleh peningkatan tekanan darah (hipertensi). Hipertensi yang berkepanjangan dan
tidak terkendali dapat mengubah struktur miokard, pembuluh darah dan sistem
konduksi jantung. Perubahan-perubahan ini dapat mengakibatkan hipertrofi ventrikel kiri, penyakit arteri
koroner, gangguan sistem konduksi, disfungsi sistolik dan diastolik miokard
yang nantinya bermanifestasi klinis sebagai angina (nyeri dada), infark
miokard, aritmia jantung (terutama fibrilasi atrium) dan gagal jantung
kongestif. (Panggabean, 2002)
B. Etiologi Hypertension
Heart Disease (HHD)
Menurut
Braverman (2009) yang dikutip dalam jurnal Zulkipli
(2009) menyatakan
bahwa tekanan darah tinggi meningkatkan beban kerja jantung, dan seiring
dengan berjalannya waktu hal ini dapat menyebabkan penebalan otot jantung.
Karena jantung memompa darah melawan tekanan yang meningkat pada pembuluh darah
yang meningkat, ventrikel kiri membesar dan jumlah darah yang dipompa jantung
setiap menitnya (cardiac output) berkurang. Tanpa terapi, gejala gagal jantung
akan makin terlihat.
Tekanan darah tinggi adalah faktor resiko utama bagi penyakit jantung dan
stroke. Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan penyakit jantung iskemik (
menurunnya suplai darah untuk otot jantung sehingga menyebabkan nyeri dada atau
angina dan serangan jantung) dari peningkatan suplai oksigen yang dibutuhkan
oleh otot jantung yang menebal.
Tekanan darah tinggi juga berpenaruh terhadap penebalan dinding pembuluh
darah yang akan mendorong terjadinya aterosklerosis (peningkatan kolesterol
yang akan terakumulasi pada dinding pembuluh darah). Hal ini juga meningkatkan
resiko seangan jantung dan stroke. Penyakit jantung hipertensi adalah penyebab
utama penyakit dan kematian akibat hipertensi.
Kelainan
jantung hipertensi dapat diderita karena terjadi pengapuran di dinding pembuluh
jantung. Pembuluh jantung mengalami penyempitan karena tekanan darah meningkat
drastis. penyempitan tersebut mengakibatkan aliran darah pada bagian jantung
berkurang karena terjadi gangguan selama proses memompa darah.
Karena
aliran darah ke jantung berkurang, penderita akan merasakan nyeri di bagian
dada. rasa nyeri ini dapat berdampak pada fungsi otot jantung. kerja otot
jantung akan melemah. Jika tidak segera ditangani, masalah ini dapat
menyebabkan serangan jantung.
C. Patofisiologi Hypertension
Heart Disease (HHD)
Kelainan
Jantung hipertensi dapat terjadi karena adanya pembesaran ventrikel sebelah
kiri. Ventrikel sebelah kiri adalah salah satu bagian jantung yang bertugas
memompa darah ke seluruh tubuh. Pembesaran ventrikel kiri menyebabkan ketebalan
dinding bertambah sehingga fungsinya memburuk. Apabila ventrikel kiri membesar,
tekanan darah akan meningkat dan menyebabkan terjadinya hipertensi.
Peningkatan
tekanan darah membuat jantung bekerja lebih keras dari pada biasanya. Jantung
berusaha keras memompa darah dan mengedarkannya keseluruh tubuh. Usaha jantung
tersebut mengakibatkan darah terdorong ke pembuluh darah. pembuluh darah menjadi
menyempit dan ventrikel jantung sebelah kiri menjadi kaku.
Masalah
tersebut menyebabkan suatau kondisi yang dinamakan kelainan jantung hipertensi.
Penyakit ini membuat kemampuan ventrikel kiri dalam memompa darah menjadi
terbatas. Masalah lain yang mungkin muncul adalah terjadinya serangan jantung,
gagal jantung, maupun jantung berhenti secara mendadak. Apabila terjadi sakit
jantung secara keseluruhan akibat tekanan darah tinggi.
D. Manifestasi Klinik Hypertension
Heart Disease (HHD)
Pada tahap awal, seperti hipertensi pada umumnya kebanyakan pasien tidak
ada keluhan. Bila simtomatik, maka biasanya disebabkan oleh:
1. Peninggian tekanan darah itu sendiri seperti berdebar-debar, rasa melayang
(dizzy) dan impoten.
2. Cepat capek, sesak napas, sakit dada, bengkak kedua kaki atau perut.
Gangguan vaskular lainnya adalah epistaksis, hematuria, pandangan kabur karena
perdarahan retina, transient cerebral
ischemic.
3. Penyakit dasar seperti pada hipertensi sekunder: polidipsia, poliuria,
kelemahan otot pada aldosteronisme primer, peningkatan berat badan cepat dengan
emosi yang labil pada sindrom Cushing. Feokromositoma dapat muncul dengan
keluhan episode sakit kepala, palpitasi, banyak keringat, dan rasa melayang
saat berdiri (postural dizzy).
E. Diagnosis Hypertension
Heart Disease (HHD)
Diagnosis
penyakit jantung hipertensi didasarkan pada riwayat,pengkuran tekanandarah,
pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan laboratorium.
1. Riwayat
Pemeriksaan awal pasien hipertensif harus menyertakan
riwayat lengkat dan pemeriksaan fisis untuk mengkonfirmasi diagnosis
hipertensi, menyaring faktor-faktor risiko penyakit kardiovaskular lain,
menyaring penyebab-penyebab sekunder hipertensi, mengidentifikasi konsekuensi
kardiovaskular hipertensi dan komorbiditas lain, memeriksa gaya hidup
terkait-tekanan darah, dan menentukan potensi intervensi.
Sebagian besar pasien dengan hipertensi tidak memiliki
gejala spesifik yang dapat dikaitkan dengan peningkatan tekanan darah mereka.
Walaupun popular dianggap sebagai gejala peningkatan tekanan arterial, sakit
kepala lazim terjadi hanya pada pasien dengan hipertensi berat. Suatu sakit
kepala hipertensif khas terjadi pada waktu pagi dan berlokasi di regio
oksipital. Gejala nonspesifik lain yang dapat berkaitan dengan peningkatan
tekanan darah antara lain adalah rasa pusing, palpitasi, rasa mudah lelah, dan
impotensi. Ketika gejala-gejala didapati, mereka umum berhubungan dengan
penyakit kardiovaskular hipertensif atau dengan manifestasi hipertensi
sekunder. Tabel berikut mendaftarkan fitur-fitur nyata yang harus diselidiki
dalam perolehan riwayat dari pasien hipertensif.
Tabel. Riwayat yang relevan
|
Durasi hipertensi
|
Terapi terdahulu :
Respon dan Efek Samping
|
Riwayat diet dan psikososial
|
Faktor-faktor risiko lain:
Perubahan berat badan, dislipidemia, kebiasaam merokok, diabetes,
inaktivitas fisik
|
Bukti-bukti hipertensi sekunder :
Riwayat penyakit ginjal; perubahan penampilan; kelemahan otot; palpitasi,
tremor; banyak berkeringan, sulit tidur, perilaku mendengkur, somnolens siang
hari; gejala-gejala hipo atau hipertiroidisme; penggunaan agen-agen yang
dapat meningkatkan tekanan darah
|
Bukti-bukti kerusakan organ target
:
Riwayat TIA, stroke, kebutaan transien; angina, infark miokardium, gagal
jantung kongestif; fungsi seksual
|
Komorbiditas lain
|
2.
Pengukuran Tekanan Darah
Pengukuran tekanan darah yang terpercaya tergantung
pada perhatian terhadap detail mengenai teknik dan kondisi pengukuran. Karena
peraturan terkini yang melarang penggunaan merkuri karena perhatian mengenai
toksisitas potensialnya, sebagian besar pengukuran kantor dibuat menggunakan
instrumen aneroid. Akurasi instrumen pengukur tekanan darah terotomatisasi
harus dikonfirmasi. Sebelum pengukuran tekanan darah, individu harus didudukkan
selama 5 menit dalam kondisi hening dan dengan privasi yang terjaga serta
temperatur yang nyaman. Bagian tengah cuff harus berada sejajar jantung, dan
lebar cuff harus setara dengan sekurang-kurangnya 40% lingkar lengan.
Penempatan cuff, penempatan stetoskop, dan kecepatan deflasi cuff (2
mmHg/detik) penting untuk diperhatikan. Tekanan darah sistolik adalah yang
pertama dari sekurang-kurangnya dua ketukan suara Korotkoff regular, dan
tekanan darah diastolik adalah titik di mana suara Korotkoff regular terakhir
didengar. Dalam praktik saat ini, diagnosis hipertensi umumnya dilandasi oleh
pengukuran dalam kondisi duduk di tempat praktik.
Monitor ambulatorik yang tersedia sekarang adalah
sepenuhnya otomatis, menggunakan tekhik osilometrik, dan umumnya diprogram
untuk membuat pembacaan setiap 15-30 menit. Namun pengawasan tekanan darah
ambulatorik tidaklah sering digunakan secara rutin di praktik klinis dan lazim
disimpan bagi pasien yang dicurigai mengalami white coat hypertension.
JNC 7 juga telah merekomendasikan pengawasan ambulatorik untuk resistensi
terhadap penanganan, hipotensi simptomatik, kegagalan otonom, dan hipertensi
episodik.
3.
Pemeriksaan
Fisik
Habitus tubuh, seperti tinggi dan berat badan, harus
dicatat. Pada pemeriksaan awal, tekanan harus diukur pada kedua lengan, dan
lebih baik pada posisi terlentang, duduk dan berdiri untuk mengevaluasi
keberadaan hipotensi postural. Bahkan jika nadi femoral teraba normal, tekanan
arterial harus diukur sekurangnya sekali pada ekstremitas inferioir pada pasien
di mana hipertensi ditemui sebelum usia 30 tahun. Kecepatan detak jantung juga
harus dicatat. Individu hipertensif memiliki peningkatan prevalensi untuk
mengalami fibrilasi atrial. Leher harus dipalpasi untuk mencari pembesaran
kelenjar tiroid, dan para pasien harus diperiksa untuk tanda-tana hipo dan
hipertiroidisme. Pemeriksaan pembuluh darah dapat menyediakan petunjuk mengenai
penyakit vakular yang mendasari dan harus menyertakan pemeriksaan funduskopik,
auskultasi untuk bruit di arteri karotid dan femoral, dan palpasi denyut nadi
femoral dan pedal (pedis). Retina adalah satu-satunya jaringan di mana arteri
dan arteriol dapat diamati secara langsung. Seiring peningkatan tingkat
keparahan hipertensi dan penyakit atherosklerotik, perubahan funduskopik
progresif antara lain seperti peningkatan refleks cahaya arteriolar, defek perbandingan
arteriovenous, hemorrhagi dan eksudat, dan, pada pasien dengan hipertensi
maligna, papiledema. Pemeriksaan pada jantung dapat mengungkapkan bunyi jantung
kedua yang menguat karena penutupan katup aorta dan suatu gallop S4 yang
dikarenakan kontraksi artrium terhadap ventrikel kiri yang tidak seiring.
Hipertropi ventrikel kiri dapat terdeteksi melalui keberadaan impuls apikal
yang menguat, bertahan, dan bertempat di lateral. Suatu bruit abdominal,
terutama bruit yang berlateralisasi dan terjadi selama sistole ke diastole,
meningkatkan kemungkinan hipertensi renovaskular. Ginjal pasien dengan penyakit
ginjal polikistik dapat dipalpasi di abdomen. Pemeriksaan fisis harus
menyertakan pemeriksaan tanda-tanda CHF dan pemeriksaan neurologis.
4.
Tes
Laboratorium
Tabel dibawah ini mencantumkan tes-tes laboratorium
yang direkomendasikan dalam evaluasi awal pasien hipertensif. Pengukuran fungsi
ginjal berulang, elektrolit serum, glukosa puasa, dan lipid dapat dilakukan
setelah pemberian agen antihipertensif baru dan kemudian tiap tahun, atau lebih
sering bila diindikasikan secara klinis. Tes laboratorium yang lebih ekstensif
dapat dilakukan bagi pasien dengan hipertensi resistan-pengobatan yang nyata
atau ketika evaluasi klinis menunjukkan bentuk hipertensi sekunder.
Tabel Tes laboratorium dasar untuk evaluasi awal
|
Sistem
|
Tes
|
Ginjal
|
Urinalisis
mikroskopik, ekskresi albumin, BUN atau kreatinin serum
|
Endokrin
|
Natrium,
kalium, kalsium, dan TSH serum
|
Metabolik
|
Glukosa
darah puasa, kolesterol total, HDL dan LDL, trigliserida
|
Lain-lain
|
Hematokrit,
elektrokardiogram
|
F.
Hypertension Heart Disease (HHD) Pada
Kehamilan
Kehamilan adalah peristiwa sementara dalam kehidupan
wanita, tetapi kehamilan dengan penyakit jantung dapat menimbulkan perubahan
yang mempunyai akibat yang nyata. Kehamilan akan menimbulkan perubahan pada
system kardiovaskuler. Penyakit kardiovaskuler dapat dijumpai pada wanita hamil
atau tidak hamil. Jelaslah bahwa wanita dengan penyakit kardiovaskuler dan
menjadi hamil, akan terjadi pengaruh timbal balik yang dapat mengurangi kesempatan
hidup wanita tersebut.
Adaptasi normal yang dialami seorang wanita yang
mengalami kehamilan termasuk system kardiovaskuler akan memberikan gejala dan
tanda yang sukar dibedakan dari gejala penyakit jantung. Kehamilan dapat
mengubah fungsi serta fisiologis kardiovaskuler sehingga dapat mempengaruhi
tindakan maupun prognosis terhadap jantungnya. Oleh karena kelainan jantung
dapat mempengaruhi kehamilan, maka perlu dipertimbangkan tindakan apa yang
harus diambil serta nasihat apa yang perlu diberikan pada masa kehamilan. Untuk
hal tersebut perlu dipertimbangkan akibat keadaan dan pengobatan jantung si ibu
terhadap keadaan fetus yang akan dilahirkan. Akhirnya setiap dokter yang
merawat wanita dengan penyakit jantung mempunyai tanggung jawab pemeliharaan
baik waktu hamil maupun tidak hamil, pendidikan tentang fertilitas, daya
reproduksi, anjuran tentang hamil ataupun kelanjutan kehamilannya yang telah
terjadi, serta diskusi tentang kemungkinan pemberian kontrasepsi ataupun tindakan
sterilisasi.
Aspek fisiologis Perubahan hemodinamik Pada wanita
hamil akan terjadi perubahan hemodinamik karena peningkatan volume darah
sebesar 30-50% yang dimulai sejak trimester pertama dan mencapai puncaknya pada
usia kehamilan 32-34 minggu dan menetap sampai aterm. Sebagian besar
peningkatan volume darah ini menyebabkan meningkatnya kapasitas rahim, mammae,
ginjal, otot polos dan system vascular kulit dan tidak memberi beban sirkulasi
pada wanita hamil yang sehat. Peningkatan volume plasma (30-50%) relatif lebih
besar dibanding peningkatan sel darah (20-30%) mengakibatkan terjadinya
hemodilusi dan menurunya konsentrasi hemoglobin.
Peningkatan volume darah ini mempunyai 2 tujuan yaitu
pertama mempermudah pertukaran gas pernafasan, nutrien dan metabolit ibu dan
janin dan kedua mengurangi akibat kehilangan darah yang banyak saat kelahiran.
Peningkatan volume darah ini mengakibatkan cardiac output saat istirahat akan
meningkat sampai 40%. Peningkatan cardiac output yang terjadi mencapai
puncaknya pada usia kehamilan 20 minggu. Pada pertengahan sampai akhir
kehamilan cardiac output dipengaruhi oleh posisi tubuh.
Sebagai akibat pembesaran uterus yang mengurangi
venous return dari ekstremitas bawah. Posisi tubuh wanita hamil turut
mempengaruhi cardiac output dimana bila dibandingkan dalam posisi lateral kiri,
pada saat posisi supinasi maka cardiac output akan menurun 0,6 l/menit dan pada
posisi tegak akan menurun sampai 1,2 l/menit.
Umumnya
perubahan ini hanya sedikit atau tidak memberi gejala, dan pada beberapa wanita
hamil lebih menyukai posisi supinasi. Tetapi pada posisi supinasi yang
dipertahankan akan memberi gejala hipotensi yang disebut supine hypotensive
syndrome of pregnancy. Keadaan ini dapat diperbaiki dengan memperbaiki posisi
wanita hamil miring pada salah satu sisi, Perubahan hemodinamik juga
berhubungan dengan perubahan atau variasi dari cardiac output. Cardiac output
adalah hasil denyut jantung dikali stroke volume. Pada tahap awal terjadi
kenaikan stroke volume sampai kehamilan 20 minggu. Kemudian setelah kehamilan
20 minggu stroke volume mulai menurun secara perlahan karena obstruksi vena
cava yang disebabkan pembesaran uterus dan dilatasi venous bed.
Denyut jantung akan meningkat secara perlahan mulai
dari awal kehamilan sampai akhir kehamilan dan mencapai puncaknya kira-kira 25
persen diatas tanpa kehamilan pada saat melahirkan. Cardiac output juga
berhubungan langsung dengan tekanan darah merata dan berhubungan terbalik
dengan resistensi vascular sistemik. Pada awal kehamilan terjadi penurunan
tekanan darah dan kembali naik secara perlahan mendekati tekanan darah tanpa
kehamilan pada saat kehamilan aterm. Resistensi vascular sistemik akan menurun
secara drastic mencapai 2/3 nilai tanpa kehamilan pada kehamilan sekitar 20
minggu. Dan secara perlahan mendekati nilai normal pada akhir kehamilan.
Cardiac output sama dengan oxygen consumption dibagi perbedaan oksigen
arteri-venous sistemik Oxygen consumption ibu hamil meningkat 20 persen dalam
20 minggu pertama kehamilan dan terus meningkat sekitar 30 persen diatas nilai
tanpa kehamilan pada saat melahirkan.
Peningkatan ini terjadi karena kebutuhan metabolisme
janin dan kebutuhan ibu hamil yang meningkat. Cardiac output juga akan
meningkat pada saat awal proses melahirkan. Pada posisi supinasi meningkat
sampai lebih dari 7 liter/menit. Setiap kontraksi uterus cardiac output akan
meningkat 34 persen akibat peningkatan denyut jantung dan stroke volume, dan
cardiac output dapat meltingkat sebesar 9 liter/menit. Pada saat melahirkan
pemakaian anestesi epidural mengurangi cardiac output menjadi 8 liter/menit dan
penggunaan anestesi umum juga mengurangi cardiac output. Setelah melahirkan
cardiac output akan meningkat secara drastis mencapai 10 liter/menit (7-8 liter
/ menit dengan seksio sesaria) dan mendekati nilai normal saat sebelum hamil,
setelah beberapa hari atau minggu setelah melahirkan. Kenaikan cardiac output
pada wanita hamil kembar dua atau tiga sedikit lebih besar dibanding dengan
wanita hamil tunggal. Adakalanya terjadi sedikit peningkatan cardiac output
sepanjang proses laktasi. Perubahan unsur darah juga terjadi dalam kehamilan.
Sel darah merah akan meningkat 20-30% dan jumlah
lekosit bervariasi selama kehamilan dan selalu berada dalam batas atas nilai
normal. Kadar fibronogen, factor VII, X dan XII meningkat, juga jumlah
trombosit meningkat tetapi tidak melebihi nilai batas atas nilai normal.
Kehamilan juga menyebabkan perubahan ukuran jantung dan perubahan posisi EKG.
Ukuran jantung berobah karena dilatasi ruang jantung dan hipertrofi. Pembesaran
pada katup tricuspid akan menimbulkan regurgitasi ringan dan menimbulkan bising
bising sistolik normal grade 1 atau 2. Pembesaran rahim keatas rongga abdomen
akan mendorong posisi diafragma naik keatas dan mengakibatkan posisi jantung
berobah kekiri dan keanterior dan apeks jantung bergeser keluar dan keatas.
Perubahan ini menyebabkan perubahan EKG. sehingga didapati deviasi aksis
kekiri, sagging ST segment dan sering didapati gelombang T yang inversi atau
mendatar pada lead III. Distribusi Aliran Darah Aliran Darah pada wanita hamil
tidak sepenuhnya diketahui.
Distribusi aliran darah dipengaruhi oleh resistensi
vaskuler lokal. Renal blood flow meningkat sekitar 30 persen pada trimester
pertama dan menetap atau sedikit menurun sampai melahirkan. Aliran darah
kekulit meningkat 40 - 50 persen yang berfungsi untuk menghilangkan panas.
Mammary blood flow pada wanita tanpa kehamilan kurang dari 1 persen dari
cardiac output. Dan dapat mencapai 2 persen pada saat kehamilan aterm. Pada
wanita yang tidak hamil aliran darah ke rahim sekitar 100 ml/menit (2 persen
dari cardiac output) dan akan meningkat dua kali lipat pada kehamilan 28 minggu
dan meningkat mencapai 1200 ml/menit pada saat kehamilan aterm, mendekati
jumlah nilai darah yang mengalir ke ginjalnya sendiri.
Nilai semasa kehamilan pembuluh darah rahim
berdilatasi maksimal, aliran darah meningkat akibat meningkatnya tekanan darah
maternal dan aliran darah. Pada dasarnya wanita hamil selalu menjaga aliran
darah ke rahimnya, apabila redistribusi aliran darah total diperlukan oleh ibu
atau jika terjadi penurunan tekanan darah maternal dan cardiac output, maka
aliran darah ke uterus menurun dan tetap dipertahankan. Vasokonstriksi yang
disebabkan katekolamin endogen, obat vasokonstriksi, ventilasi mekanix, dan
beberapa obat anestetik yang berhubungan dengan pre eklampsi dan eklampsi akan
menurunkan aliran darah ke rahim.
Pada wanita normal aliran darah rahim mempunyai
potensi dapat dibatasi. Dan pada wanita berpenyakit jantung, pengalihan aliran
darah dari rahim menjadi masalah karena aliran darah sudah tidak teratur.
Mekanisme perubahan hemodinamik juga tidak sepenuhnya dimengerti, yang
diakibatkan oleh perubahan volume cairan tubuh.. Total body water semasa
kehamilan meningkat 6 sampai 8 lifer yang sebagian besar berada pada
ekstraseluler. Segera setelah 6 minggu kehamilan volume plasma meningkat dan
pada trimester kedua mencapai nilai maksimal 11/2 dan normal.
Masa sel darah merah juga meningkat tetapi tidak untuk
tingkatan yang sama; hematokrit menurun semasa kehamilan meskipun jarang
mencapai nilai kurang dari 30 persen, Perobahan vascular berhubungan penting
dengan perubahan hemodinamik pada saat kehamilan. Arterial compliance meningkat
dan terjadi peningkatan kapasitas venous vascular. Perubahan ini sangat penting
dalam memelihara hemodinamik dari kehamilan normal. Perubahan arterial yang
berhubungan dengan peningkatan fragilitas bila kecelakaan vaskuler terjadi yang
sering terjadi pada kehamilan dapat merugikan hemodinamik.
Peningkatan level hormon steroid saat kehamilan inilah
yang menjadi alasan utama terjadinya perobahan pada vaskuler dan miokard.
Perubahan hemodinamik dengan exercise Kehamilan akan merobah respons
hemodinamik terhadap exercise. Pada wanita hamil derajat exercise yang diberikan
pada posisi duduk menyebabkan peningkatan cardiac output yang lebih besar
dibanding dengan wanita tanpa kehamilan dengan derajat exercise yang sama.
Dan maksimum cardiac output dicapai pada tingkatan
exercise yang lebih rendah. Peningkatan cardiac output relatif lebih besar dari
peningkatan konsumsi oksigen, sehingga terdapat perbedaan oksigen
arterio-venous yang lebih lebar dari yang dihasilkan pada wanita tanpa
kehamilan dengan derajat exercise yang sama. Keadaan ini menunjukkan pelepasan
oksigen ke perifer sedikit kurang efisien selama kehamilan. Pada wanita tanpa
kehamilan, latihan akan meningkatkan stroke volume yang lebih besar dan sedikit
peningkatan denyut jantung dari pada yang didapati pada individu yang tidak
terlatih. Pada saat kehamilan efek latihan ini tidak kelihatan dan kemungkinan
karena peningkahin stroke volume dibatasi akibat kompresi vena kava inferior
atau meningkatnya distensibility vena.
Exercise semasa kehamilan tidak jelas apakah lebih
berbahaya atau lebih bermanfaat pada wanita dengan penyakit jantung daripada
pada wanita tanpa kehamilan. Pada manusia, diketahui tipe exercise mempengaruhi
hemodinamik maternal dan perfusi uterus. Regular aerobic endurance exercise
semasa hamil berhubungan dengan berkurangnya berat kelahiran. Sebagian besar
pengurangan tersebut karena berkurangnya massa lemak janin dan tidak jelas
apakah hal ini merugikan. Pada tabel di bawah dapat dilihat perubahan
hemodinamik saat kehamilan normal, melahirkan dan post partum.
Tabel Perubahan hemodinamik normal semasa kehamilan
Parameter hemodinamika Perubahan saat kehamilan normal Perubahan saat
melahirkan Perubahan masa post partum Volume Darah Tidak ada perubahan 40 - 50%
Kembali Normal Denyut Jantung Tidak ada perubahan 10 – 15 beat per menit
Kembali Normal Cardiac output 30 – 50% diatas nilai-nilai normal Bertambah 50%
Mula, dengan pre load, kemudian dengan diuresis Tekanan Darah Normal 10 mm HG
Kembali normal Stroke Volume Pada trimester I dan II, sedikit pada trimester
III (300 – 500 ml perkontraksi) Kembali Normal Resistensi Vascular Sistemik
Meningkat pada kehamilan semester akhir Nnormal Edema Pada sebagian besar
wanita hamil cairan edema akan terkumpul di tungkai, pergelangan kaki, dapat
juga timbul di muka, tangan dan bagian-bagian lain badan. Mekanisme terjadinya
edema pada wanita hamil normal belum diketahui. Diduga terjadi peninggian
tekanan hidrostatik vena sesuai dengan peningkatan volume plasma. Tambahan pula
tekanan onkotik plasma menurun disebabkan oleh pengenceran darah, namun
demikian observasi ini tidaklah adekuat untuk menjelaskan terjadinya edema.
Anemia dapat terjadi secara fisiologis pada wanita
hamil. Kadang-kadang wanita hamil akan mengalami kesulitan karena adanya anemia
sebelum hamil ataupun yang baru terjadi setelah hamil. Wanita hamil yang
menderita anemia dapat menimbulkan keluhan sesak napas, mudah lelah,
takikardia, ekstrasistol, peningkatan aliran darah, yang terutama jelas
terlihat pada waktu bekerja. Dapat timbul bising sistolik fungsional.
Seringkali keadaan jantung pasien dapat pulih hanya dengan mengatasi anemianya
saja.
Masalah Kardiovaskuler Pada Wanita Yang Berpenyakit
Jantung Dengan Kehamilan Dahulu penyakit jantung pada wanita dengan kehamilan
merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas. Dengan kemajuan diagnostik,
pengobatan medik dan surgical dalam penatalaksanaan penyakit jantung, secara
nyata telah menurunkan morbiditas dan mortalitas penderita penyakit jantung.
Tindakan surgical pada penderita penyakit jantung semasa kanak-kanak
menyebabkan sebagian besar wanita berpenyakit jantung dapat mengalami kehamilan
dan melahirkan.
Meskipun demikian beberapa hal yang dihadapi wanita
berpenyakit jantung yang mengalami kehamilan masih menjadi masalah, karena
dapat mengancam jiwa si ibu dan mempengaruhi keadaan janin. Pada tabel dibawah
ini ditunjukkan beberapa masalah pada wanita hamil dengan penyakit
jantung.1,3,11 Dianjurkan menghindarkan kehamilan atau menghentikan kehamilan
Hipertensi pulmonal Dilated cardiomyopathy dengan gagal jantung kongestif
Sindroma Marten dengen dilatasi aorta PJB sianotik Kehamilan yang memerlukan
konsultasi dan follow up ketat Katup protesa Koarktasio aorta Sindroma Martan
Dilated cardiomyopathy yang asimtomatik Lesi obstruktif Pada saat kehamilan
kesehatan ibu dan janin adalah sangat penting dan saling mempengaruhi.
Kondisi janin yang baik sangat diperlukan tetapi
keselamatan ibu menjadi prioritas utama. Idealnya pengobatan ibu dengan
obat-obatan, pemeriksaan diagnostik dan pembedahan perlu dihindarkan pada ibu
hamil, tetapi bila diperlukan dapat dilakukan. Tabel Perubahan Hemodinamik pada
10 Wanita Hamil Normal Aterm Dibandingkan dengan Nilai Pascapartum Parameter
Perubahan (%) Curah jantung Frekuensi jantung Indeks kerja sekuncup ventrikel
kiri Resistensi vaskuler : Sistemik Pulmonal Rerata tekanan arteri Tekanan
osmotic koloid +43 +17 +17 -21 -34 +4 -14 Data dari Clark dkk. (1989) Penerapan
klinis Penerapan klinis berdasarkan data fisiologik di atas sangat efektif
untuk mengurangi angka mortalitas dan morbiditas selama kehamilan.
Jantung yang normal dapat dengan mudah mengadakan
kompensasi melalui mekanisme seperti peningkatan stroke volume akibat beban
jantung yang timbul pada kehamilan tunggal. Pada kehamilan kembar, masa
peningkatan kerja jantung menjadi lebih lama, walaupun kerja jantung tidak banyak
bertambah. Pada fase aterm, mekanisme yang kurang efisien seperti takikardia
timbul juga untuk mempertahankan curah jantung. Persalinan dan pengeluaran bayi
akan menambah beban jantung yang bersifat sementara, sedangkan beban pada
postpartum malah lebih tinggi daripada beban selama masa pengeluaran bayi.
Tingkat kerja jantung sebelum hamil tidak akan
tercapai seperti pada 2 minggu setelah persalinan. Penanggulangan pasien
penyakit jantung yang hamil dipersulit lagi oleh adanya perubahan fisiologis
seperti tersebut diatas, yang akan mengaburkan tanda-tanda penyakit jantungnya
sendiri. Diagnosa penyakit jantung yang sebelumnya ada malah tidak akan
terlibat, atau sebaliknya gambaran klinis kardiopulmoner pada kehamilan normal
dapat menunjukkan gambaran seperti gangguan jantung. Keluhan yang dapat
mengarah pada dugaan adanya gangguan jantung yang sering terdapat pada
kehamilan, adalah sebagai berikut: sesak napas pada waktu bekerja peningkatan
frekuensi pernapasan sesak napas pada posisi ½ duduk (seperti ortopnea pada
kegagalan jantung kongestif) edema tungkai (terutama pada pertengahan akhir
dari kehamilan)
G.
Penatalaksanaan Hypertension Heart
Disease (HHD)
1.
Perubahan gaya hidup
Implementasi gaya hidup yang mempengaruhi tekanan
darah memiliki pengaruh baik pada pencegahan maupun penatalaksanaan hipertensi.
Modifikasi gaya hidup yang meningkatkan kesehatan direkomendasikan bagi
individu dengan prehipertensi dan sebagai tambahan untuk terapi obat pada
individu hipertensif. Intervensi-intervensi ini harus diarahkan untuk mengatasi
risiko penyakit kardiovaskular secara keseluruhan. Walaupun efek dari
intervensi gaya hidup pada tekanan darah adalah jauh lebih nyata pada individu
dengan hipertensi, pada uji jangka-pendek, penurunan berat badan dan reduksi
NaCl diet juga telah terbukti mencegah perkembangan hipertensi. Pada individu
hipertensif, bahkan jika intervensi-intervensi ini tidak menghasilkan reduksi
tekanan darah yang cukup untuk menghindari terapi obat, namun jumlah pengobatan
atau dosis yang diperlukan untuk kontrol tekanan darah dapat dikurangi.
Modifikasi diet yang secara efektif mengurangi tekanan darah adalah penurunan
berat badan, reduksi masukan NaCl, peningkatan masukan kalium, pengurangan
konsumsi alkohol, dan pola diet sehat secara keseluruhan.
Tabel Modifikasi
gaya hidup untuk mengatasi hipertensi
|
Reduksi berat badan
|
Memperoleh dan mempertahankan BMI <25 kg/m2
|
Reduksi garam
|
< 6 g NaCl/hari
|
Adaptasi rencana diet jenis-DASH
|
Diet yang kaya buah-buahan, sayur-sayuran, dan
produk susu rendah-lemak dengan kandungan lemak tersaturasi dan total yang
dikurangi
|
Pengurangan konsumsi alkohol
|
Bagi mereka yang mengkonsumsi alkohol, minumlah 2
gelas/hari untuk laki-laki dan 1 gelas/hari untuk wanita
|
Aktivitas fisik
|
Aktivitas aerobik teratur, seperti jalan cepat
selama 30 menit/hari
|
Pencegahan
dan penatalaksanaan obesitas adalah penting untuk mengurangi tekanan darah dan
risiko penyakit kardiovaskular. Pada uji jangka-pendek, bahkan penurunan berat
badan yang moderat dapat mengarah pada reduksi tekanan darah dan peningkatan
sensitivitas insulin. Reduksi tekanan darah rata-rata sebesar 6.3/3/1 mmHg
telah diamati terjadi dengan reduksi berat badan rata-rata sebesar 9.2 kg. Aktivitas
fisik teratur memudahkan penurunan berat badan, mengurangi tekanan darah, dan
mengurangi risiko keseluruhan untuk penyakit kardiovaskular. Tekanan darah
dapat dikurangi oleh aktivitas fisik intensitas moderat selama 30 menit,
seperti jalan cepat, 6-7 hari per minggu, atau oleh latihan dengan intensitas
lebih dan frekuensi kurang.
Terdapat
variasi individual dalam sensitivitas tekanan darah terhadap NaCl, dan variasi
ini mungkin memiliki dasar genetis. Berdasarkan hasil dari metaanalisis,
penurunan tekanan darah dengan pembatasan masukan NaCl harian menjadi 4.4-7.4 g
(75-125 mEq) menghasilkan reduksi tekanan darah sebesar 3.7-4.9/0.9-2.9 mmHg
pada individu hipertensif dan reduksi yang lebih rendah pada individu
normotensif. Diet yang kurang mengandung kalium, kalsium, dan magnesium
berkaitan dengan tekanan darah yang lebih tinggi dan prevalensi hipertensi yang
lebih tinggi. Perbandingan natrium-terhadap-kalium urin memiliki hubungan yang
lebih kuat terhadap tekanan darah dibanding natrium atau kalium saja.
Suplementasi kalium dan kalsium memiliki efek antihipertensif moderat yang
tidak konsisten, dan, tidak tergantung pada tekanan darah, suplementasi kalium
mungkin berhubungan dengan penurunan mortalitas stroke. Penggunaan alkohol pada
individu yang mengkonsumsi tiga atau lebih gelas per hari (satu gelas standar
mengandung ~14 g etanol) berhubungan dengan tekanan darah yang lebih tinggi,
dan reduksi konsumsi alkohol berkaitan dengan reduksi tekanan darah. Mekanisme
bagaimana kalium, kalsium, atau alkohol dapat mempengaruhi tekanan darah
masihlah belum diketahui.
Uji DASH
secara meyakinkan mendemonstrasikan bahwa pada periode 8 minggu, diet yang kaya
buah-buahan, sayur-sayuran, dan produk susu rendah-lemak mengurangi tekanan
darah pada individu dengan tekanan darah tinggi-normal atau hipertensi ringan.
Reduksi masukan NaCl harian menjadi <6 g (100 mEq) menambah efek diet ini
pada tekanan darah. Buah-buahan dan sayur-sayuran merupakan sumber yang kaya
akan kalium, magnesium, dan serat, dan produk susu merupakan sumber kalsium
yang penting.
2.
Penatalaksanaan Non-farmakologis dan pencegahan hipertensi
pada kehamilan
Termasuk
pengawasan ketat, pembatasan aktivitas dan istirahat dengan posisi miring ke
kiri. Penanganan ini harus dipertimbangkan untuk pasien dengan tekanan darah
sistolik 140-150 mmHg dan atau diastolik 90-99mmHg. Dianjurkan diet normal
tanpa disertai restriksi/pembatasan garam terutama jika mendekati saat
melahirkan karena dapat menyebabkan penurunan volume intravaskular. Pemberian
suplemen kalsium minimal 1 g per hari selama kehamilan, hampir setengah pasien
pre-eklampsia tidak menimbulkan bahaya apapun. Efeknya terbesar terjadi pada
wanita beresiko tinggi. Namun bagaimanapun juga penambahan kalsium untuk
mencegah hipertensi adalah bertentangan. Suplemen minyak ikan, vitamin dan
gizi tidak mempunyai peran dalam pencegahan hipertensi.
Pengurangan
berat badan tidak dianjurkan selama kehamilan pada wanita obesitas, karena
dapat menyebabkan penurunan berat badan dan gangguan pertumbuhan janin. Namun,
ibu dengan obesitas dapat mengakibatkan dampak buruk baik bagi ibu sendiri
maupun janinnya. Pedoman untuk rentang berat badan sehat pada kehamilan telah
dibentuk dimana pada wanita hamil dengan indeks massa tubuh yang normal (BMI,
25 kg/m2) maka penambahan berat badan yang dianjurkan adalah 11,2-15,9 kg,
sedangkan untuk ibu hamil dengan kelebihan berat badan (BMI 25,0-29,9 kg/m2)
peningkatannya adalah 6,8-11,2 kg, dan untuk ibu hamil yang obesitas (BMI ≥ 30
kg/m2) peningkatan berat badan yang dianjurkan adalah 6,8 kg.
Diet
untuk Penyakit Darah Tinggi (Hipertensi)
Kandungan
garam (Sodium/Natrium) : Seseorang yang mengidap penyakit darah tinggi
sebaiknya mengontrol diri dalam mengkonsumsi asin-asinan garam, ada beberapa
tips yang bisa dilakukan untuk pengontrolan diet sodium/natrium ini;
a. Jangan
meletakkan garam di atas meja makan
b. Pilih
jumlah kandungan sodium rendah saat membeli makanan
c. Batasi
konsumsi daging dan keju
d. Hindari
cemilan yang asin-asin
e. Kurangi
pemakaian saos yang umumnya memiliki kandungan sodium.
Kandungan
Potasium/Kalium : Suplemen potasium 2-4 gram/hari dapat membantu penurunan
tekanan darah. Potasium umumnya banyak didapati pada beberapa buah-buahan dan
sayuran. Buah dan sayuran yang mengandung potasium dan baik untuk dikonsumsi
penderita tekanan darah tinggi antara lain semangka, alpukat, melon, buah pare,
labu siam, bligo, labu parang/labu, mentimun, lidah buaya, seledri, bawang, dan
bawang putih. Selain itu, makanan yang mengandung unsur omega-3 sangat dikenal
efektif dalam membantu penurunan tekanan darah (hipertensi).
3. Penatalaksanaan
Farmakologis dan pencegahan hipertensi pada kehamilan
Walaupun
terdapat konsensus bahwa penggunaan obat untuk hipertensi berat pada kehamilan
memberikan manfaat, namun pengobatan untuk kondisi hipertensi ringan masih
merupakan kontroversi karena dapat mengganggu perfusi uteroplasenta dan
membahayakan perkembangan janin meskipun mungkin berguna bagi ibunya yang dapat
menurunkan tekanan darahnya. Obat pilihan pertama untuk hipertensi pada
kehamilan adalah alfa metildopa. Labetolol juga memberikan efektivitas
sebanding dengan metildopa dan dapat diberikan secara iv pada kondisi berat.
Pemberian metoprolol juga direkomendasikan.
Calcium
Channel blocker seperti nifedipin (oral) atau isradipine adalah obat pilihan
kedua untuk terapi hipertensi. Obat-obatan golongan diatas dapat digunakan pada
hipertensi emergensi atau hipertensi akibat pre-eklampsia. Potensi sinergis
dengan magnesium sulfat dapat menginduksi hipertensi maternal dan hipoksia
janin. Uradipil dapat juga digunakan untuk hipertensi emergensi. Magnesium
sulfat iv merupakan obat yang dipilih untuk mengatasi kejang dan mencegah
eklamspsia. Penggunaan diuretik harus dihindari karena menurunkan aliran darah
ke plasenta dan tidak direkomendasikan untuk diberikan pada kasus
pre-eklampsia.
Penggunaan
ACE inhibitor, ARB dan inhibitor renin langsung merupakan kontraindikasi
saat kehamilan karena bersifat toksik terhadap fetus terutama pada trimester
kedua dan ketiga. Jika tidak sengaja meminumnya pada saat trimester pertama
maka ganti dengan obat yang lain dan dianjurkan monitoring ketat termasuk
dengan usg janin.
Tekanan
darah sistole ≥ 170mmHg atau diastole ≥ 110mmHg pada wanita hamil merupakan
keadaan emergensi dan indikasi untuk rawat inap. Penatalaksanaan farmakologis
dapat dengan labetolol iv atau methyldopa oral atau nifedipine. Hydralazine iv
tidak lagi digunakan karena efek samping perinatal yang lebih besar
dibandingkan obat yang lain. Pilihan utama untuk krisis hipertensi adalah infus
sodium nitroprusside 0.25–5.0 µg/kg/min. Pemberian sodium nitroprusside jangka
panjang berhubungan dengan peningkatan terjadinya keracunan cyanide pada janin
akibat nitroprusside yang dimetabolisme menjadi thiocyanate. Pilihan utama
untuk pasien pre-eklampsia dengan edema paru adalah infus nitrogliserin (glyceryl
trinitrate) 5 µg/min dan ditingkatkan bertahap tiap 3-5 menit sampai dosis
maksimum 100µg/min
H.
Akibat HHD pada Janin
Pada wanita
penderita jantung hipertensi lebih sering terjadi abrupsio plasenta
(pelepasan plasenta sebelum waktunya), yang menyebabkan terputusnya pasokan
oksigen dan zat gizi ke janin sehingga janin bisa meninggal.
Bahkan
meskipun tidak terjadi abrupsio plasenta, hipertensi bisa menyebabkan
berkurangnya pasokan darah ke janin sehingga pertumbuhan janin menjadi lambat.
Jika
kehamilan ingin dilanjutkan, biasanya harus diberikan obat anti-hipertensi yang
lebih kuat. Untuk melindungi janin dan ibu, biasanya penderita harus dirawat di
rumah sakit. Jika kondisinya semakin memburuk, disarankan untuk mengakhiri
kehamilan guna menyelamatkan ibu.
BAB
III
PENUTUP
Penyakit
jantung hipertensi adalah suatu penyakit yang berkaitan dengan dampak sekunder
pada jantung karena hipertensi sistemik yang lama dan berkepanjangan. Sampai
saat ini prevalensi hipertensi di Indonesia berkisar antara 5-10%. Sejumlah
85-90% hipertensi tidak diketahui penyebabnya atau disebut sebagai hipertensi
primer (hipertensi esensial atau idiopatik). Hanya sebagian kecil hipertensi
yang dapatditetapkan penyebabnya (hipertensi sekunder). (Handayani, 2013 )
DAFTAR PUSTAKA